Puisi: Elegi Jakarta (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Elegi Jakarta" karya Diah Hadaning menggambarkan perasaan kehilangan dan dampak negatif pertumbuhan kota terhadap lingkungan.
Elegi Jakarta


Langit kota tak sajikan
bintang malam ini
langit kota tak riapkan kabut
menguap dari kolam-kolam
ada tatap menusuk langit
menetes darah
menggenang kehitaman.

Di jalan-jalan 
di taman-taman
di atap-atap rumah
di sudut-sudut hati
di titik sunyi.

Diri jadi ciliwung
kehilangan langit berkaca
saat dering-dering jahanam
mengoyak siang mengoyak malam
mengoyak langit kota
mengoyak langit sukma
mengembang sisa lagu duka.


Jakarta, November 1984

Analisis Puisi:
Puisi "Elegi Jakarta" karya Diah Hadaning adalah ungkapan perasaan yang dalam tentang perubahan dan kehilangan yang dialami oleh kota Jakarta.

Gelap dan Suram: Puisi ini membuka dengan gambaran langit kota yang tidak menampilkan bintang dan kabut malam yang tidak ada. Ini adalah gambaran yang suram dan gelap, yang menciptakan suasana yang tidak nyaman dan muram. Hal ini dapat diartikan sebagai lambang perubahan yang kurang positif.

Elegi dan Kesedihan: Judul puisi ini, "Elegi Jakarta," mengisyaratkan bahwa ini adalah sebuah elegi, yaitu puisi yang mengungkapkan kesedihan dan duka cita atas sesuatu yang hilang atau berakhir. Dalam hal ini, kesedihan mungkin merujuk pada perubahan dan transformasi kota Jakarta yang tidak selalu positif.

Personifikasi Kota: Puisi ini memberikan karakteristik manusiawi pada kota Jakarta. Kata-kata seperti "langit kota tak riapkan kabut" dan "diri jadi ciliwung" memberikan gambaran tentang bagaimana kota itu sendiri merasa dan berubah. Ini adalah cara yang kuat untuk menggambarkan perasaan kehilangan dan transformasi kota.

Derita Lingkungan: Puisi ini menggambarkan dampak negatif perkembangan kota terhadap lingkungannya. Penggambaran "dering-dering jahanam" yang mengoyak siang dan malam adalah cara untuk menyampaikan bahwa pertumbuhan kota telah merusak alam dan lingkungan. Hal ini menciptakan rasa tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Bahasa yang Kuat: Penulis menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam untuk menyampaikan perasaan dan gagasan dalam puisi ini. Ini memungkinkan puisi untuk memiliki dampak emosional yang kuat pada pembaca.

Refleksi pada Perubahan: Puisi ini dapat diinterpretasikan sebagai refleksi atas perubahan yang terjadi dalam kota-kota besar di dunia, terutama perubahan yang berkaitan dengan urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Ini mengajak kita untuk merenung tentang dampak perubahan ini terhadap lingkungan dan kehidupan kita.

Puisi "Elegi Jakarta" adalah ungkapan kesedihan yang kuat tentang perubahan dan transformasi kota Jakarta. Ini menggambarkan perasaan kehilangan dan dampak negatif pertumbuhan kota terhadap lingkungan. Puisi ini menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara pertumbuhan perkotaan dan kelestarian lingkungan.

"Puisi: Elegi Jakarta (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Elegi Jakarta
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.