Puisi: Menyimak Guruh November (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Menyimak Guruh November" karya Diah Hadaning menggambarkan serangkaian impresi dan membangkitkan rasa keingintahuan akan masa lalu, ...
Menyimak Guruh November


Guruh dan angin saling sapa di udara
terhela-hela ingatanku coba temukan bayangnya
sempurna lagi kota tua itu mandi cahaya
gereja kecil di tenggara akan kembali
memanggil anak-anak yang pernah tumbuh di sana
dalam asuhan denting loncengnya
di dada di kepala tergambar janji-janji masa depan
sebelum orang-orang gemar berburu
padahal mereka bukan pemburu
kurenungi lembar yang hilang dari pesan pusaka
kurindui wistarian ungu bunga sepanjang telaga
dari puisi penuh makna pernah kuterima
: biar orang-orang belajar sendiri
untuk mengerti, anakku
bayang gaib Sang Romo lintasi beranda sunyi
guruh getarkan langit tinggi.


Bogor, November 2003

Analisis Puisi:
Puisi "Menyimak Guruh November" karya Diah Hadaning menggambarkan serangkaian impresi dan membangkitkan rasa keingintahuan akan masa lalu, penghormatan akan warisan, serta dorongan pemahaman atas pesan yang terwariskan.

Konjungsi Alam dengan Kenangan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang alam dengan menghadirkan guruh dan angin yang saling berinteraksi di udara. Menggunakan fenomena alam, puisi ini mencoba menemukan dan mengaitkan kenangan yang berlalu dengan bayangan masa lalu yang ingin ditemukan kembali.

Bayangan Kota Tua yang Memiliki Kehidupan Sendiri: Penggambaran kota tua yang memiliki cahaya sendiri menciptakan citra keindahan serta keterikatan dengan masa lalu. Gereja kecil yang disebutkan di tenggara, yang seakan akan memanggil kembali anak-anak yang tumbuh di sana, menghadirkan nuansa nostalgia dan koneksi emosional dengan tempat yang dulu pernah ada.

Denting Lonceng Gereja sebagai Penjaga Janji Masa Depan: Denting lonceng gereja digambarkan sebagai penjaga janji masa depan, simbol dari kebaikan, kepedulian, dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Hal ini memberi pesan kuat tentang nilai-nilai warisan yang diturunkan.

Pesannya untuk Anak-Anak tentang Pembelajaran Sendiri: Puisi ini mengandung pesan penting untuk para generasi mendatang untuk belajar dari pengalaman, kesalahpahaman, dan pengetahuan yang ditinggalkan oleh masa lalu. Hal ini ditunjukkan dengan baris, "biar orang-orang belajar sendiri untuk mengerti, anakku."

Bayangan Gaib yang Melintas di Alam Sunyi: Penggambaran bayangan gaib sang Romo, yang lintas di beranda sunyi, menyiratkan kehadiran spiritual yang mungkin membawa pesan atau pengertian yang lebih dalam.

Guruh Sebagai Penggetar Langit Tinggi: Guruh dalam puisi ini bukan hanya fenomena alam, melainkan simbol kekuatan dan perubahan yang meresap dalam setiap elemen kehidupan. Hal ini menunjukkan perubahan, ketegangan, dan dorongan untuk pemahaman yang lebih dalam atas keberadaan.

Puisi ini mengungkapkan hubungan antara alam dan kehidupan manusia, serta nilai-nilai dan pesan yang diwariskan oleh masa lalu kepada generasi mendatang. Pesan kearifan dan pemahaman dari sejarah merupakan elemen yang kuat dalam puisi ini.

"Puisi: Menyimak Guruh November (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Menyimak Guruh November
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.