Puisi: Purnama Raya (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Purnama Raya" adalah sebuah pantun yang menggambarkan berbagai interaksi dan perasaan antara manusia dan alam dalam suasana purnama.
Purnama Raya


Purnama raya
bulan bercahaya
amat cuaca
ke mayapada.

Purnama raya
gemala berdendang
tuan berkata
naiklah abang.

Purnama raya
bujang berbangsi
kanda mara
memeluk dewi.

Purnama raya
bunda mengulik
nyawa adinda
tuan berbisik.

Purnama raya
gadis menutuk
setangan kuraba
pintu diketuk.

Purnama raya
bulan bercengkerama
beta berkata
tinggallah nyawa.

Purnama raya
kelihatan jarum
adinda mara
kanda dicium.

Purnama raya
cuaca benderang
permata kekanda
pulanglah abang ...


Sumber: Buah Rindu (1941)

Analisis Puisi:
Puisi "Purnama Raya" adalah sebuah puisi berjenis pantun yang ditulis oleh Amir Hamzah, seorang penyair terkenal dari Indonesia. Pantun merupakan salah satu bentuk puisi tradisional Indonesia yang terdiri dari empat baris dan memiliki irama yang khas. Puisi ini menggambarkan suasana purnama dengan bahasa yang indah dan penuh makna.

Purnama sebagai Simbol: "Purnama Raya" menggambarkan suasana purnama, yaitu saat bulan purnama bercahaya penuh di langit. Purnama sering kali dianggap sebagai simbol keindahan, romantika, dan kedamaian. Dalam puisi ini, purnama digambarkan sebagai sentuhan alam yang menciptakan suasana magis dan mempesona.

Alam dan Manusia: Setiap baris puisi ini menggambarkan berbagai interaksi antara alam dan manusia. Bulan purnama digambarkan bercahaya ("bulan bercahaya") dan sebagai gemala yang berdendang, menggambarkan suasana harmoni alam. Di sisi lain, manusia juga terlibat dalam interaksi tersebut, seperti "tuan berkata" dan "tuan berbisik," menunjukkan komunikasi antara manusia dan alam.

Cinta dan Romantika: Beberapa baris mengandung unsur romantika dan cinta, seperti "bujang berbangsi / kanda mara / memeluk dewi." Ungkapan-ungkapan ini mengisyaratkan hubungan antara pria dan wanita dalam suasana purnama yang romantis dan penuh perasaan.

Ketidakpastian dan Kehidupan: Puisi ini juga mencerminkan aspek ketidakpastian dan kehidupan yang sementara. Misalnya, dalam baris "beta berkata / tinggallah nyawa," terlihat pemahaman akan keterbatasan hidup manusia dan keterhubungan dengan alam yang lebih besar.

Perubahan dan Pengharapan: Ada pula ungkapan perubahan dan pengharapan dalam baris-baris "adinda mara / kanda dicium" dan "pulanglah abang." Ini menciptakan nuansa antara perpisahan dan harapan akan pertemuan kembali.

Amir Hamzah
Puisi: Purnama Raya
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.