Puisi: Sajak Seorang Penyair (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Sajak Seorang Penyair" menyoroti perubahan persepsi dan pemahaman seorang penyair tentang hidup dan tanggung jawabnya. Ada perbedaan antara ...
Sajak Seorang Penyair


Awal sebuah perjalanan manakala pagi
membuka gelap bebukitan
dan doa siap dalam lantunan
awal sebuah pengertian manakala penyair
tak lagi bersajak tentang bulan
bulan telah lumat terkunyah fakir di pojok taman.

Akhirnya satulah nafas hutan nafas kota
akhirnya satulah desah alam desah sukma
dan berkabarkanlah langit kepada gagak yang melintas
tentang perjalanan panjang
pemimpin salon dan penyair jalanan
memburu bulan perlambang kebahagiaan sendiri
tanpa peduli isi mulut fakir di pojok taman
yang menyatu dalam liur dalam dengkur.

Sang sadar datang terlambat
esoknya orang dapati
sang pemimpin naik mimbar
memperbarui janji dan mengangkat panji-panji
sang penyair pingsan terkapar
tanpa janji tanpa panji-panji.


Jakarta, 1980

Analisis Puisi:
  1. Pembukaan yang Cerah namun Realistis: Puisi dimulai dengan gambaran pagi yang cerah, membawa harapan baru. Namun, hal ini segera disandingkan dengan kegelapan atau kemunduran di kemudian hari. Ini mewakili siklus kehidupan yang berkontras antara awal yang cerah dan kemungkinan kesedihan yang mungkin menyusul.
  2. Perubahan Dalam Persepsi Penyair: Puisi menyampaikan perubahan dalam persepsi seorang penyair. Awalnya, penyair sering menulis tentang bulan, simbol keindahan dan kebahagiaan, tetapi sekarang menyadari bahwa dunia nyata terdiri dari lebih dari sekadar keindahan. Ada realitas yang lebih keras dan tidak selalu indah.
  3. Perbandingan antara Kehidupan Kota dan Alam: Ada perbandingan yang jelas antara hidup di kota dan alam. Pemimpin dan penyair diwakili sebagai dua sisi yang berbeda. Pemimpin memiliki tanggung jawab publik dan kewajiban untuk memimpin, sementara penyair, yang cenderung lebih terhubung dengan alam, mungkin dihadapkan pada kesulitan hidup tanpa tanggung jawab yang sama.
  4. Kritik Terhadap Kekosongan Komitmen: Penyair memperhatikan bahwa pemimpin sering memiliki komitmen kosong, sementara dirinya tidak memiliki tanggung jawab yang sama. Ada perbandingan antara keseriusan dalam kewajiban dan ketiadaannya.
Puisi ini menyoroti perubahan persepsi dan pemahaman seorang penyair tentang hidup dan tanggung jawabnya. Ada perbedaan antara tanggung jawab pemimpin yang sering kosong dengan kebebasan penyair, namun dengan perasaan kehilangan yang jelas. Ini menampilkan refleksi tentang sisi kompleks kehidupan yang terkadang tak terduga dan sulit dipahami oleh keduanya: penyair dan pemimpin.

Puisi: Sajak Seorang Penyair
Puisi: Sajak Seorang Penyair
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.