Puisi: Tuak Bali Tuak Kehidupan (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Tuak Bali Tuak Kehidupan" karya Diah Hadaning mencerminkan kehidupan sehari-hari di pulau yang dikenal dengan keindahan alam dan budayanya.
Tuak Bali Tuak Kehidupan


Meleleh dari guci pecah
Putu, jangan sentuh itu
mari kita susul mereka yang menuju Pura.

Sekuntum kemboja putih enam kelopak
jatuh dalam tuak di tanganmu
putu, buka genggamanmu
berikan untuk kutuang
di wajah pucat.

: mari berpagut dalam kenangan
biarkan ia tumpah dalam tawa si bule di pantai kuta
sendiri kita menerobosi malam dari seribu pintu.


1981

Analisis Puisi:
Puisi "Tuak Bali Tuak Kehidupan" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya yang menciptakan gambaran atmosfer dan pengalaman di Bali, khususnya melibatkan tradisi minum tuak, kehidupan sehari-hari, dan interaksi dengan wisatawan.

Gambaran Tradisi Minum Tuak: Puisi ini memberikan gambaran tentang tradisi minum tuak di Bali. Tuak adalah minuman beralkohol yang dihasilkan dari getah pohon aren atau kelapa. Puisi ini menciptakan nuansa minuman ini dengan kata-kata seperti "tuak di tanganmu" dan "tuak Bali," memberikan nuansa budaya dan tradisi lokal yang kuat.

Pertemuan antara Budaya Lokal dan Wisatawan: Puisi ini mencerminkan pertemuan antara budaya lokal di Bali, yang mencakup tradisi minum tuak, dengan pengaruh dari industri pariwisata. Ini tercermin dalam kata-kata "tawa si bule di pantai Kuta." "Bule" adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk merujuk kepada orang asing atau turis. Puisi ini menciptakan kontras antara tradisi lokal dan kehadiran wisatawan.

Wawasan tentang Keindahan Bali: Puisi ini memberikan wawasan tentang keindahan Bali, seperti pantai Kuta yang terkenal dan "sekuntum kemboja putih enam kelopak." Gambaran tersebut menciptakan kontras antara keindahan alam dan kebudayaan yang ada di pulau tersebut.

Gambaran Perasaan dan Kenangan: Dalam puisi ini, penutur mencoba untuk menghadirkan perasaan dan kenangan yang kuat. Penggunaan kata-kata seperti "mari berpagut dalam kenangan" dan "biarkan ia tumpah dalam tawa" menggambarkan upaya untuk merayakan dan berbagi kenangan dengan orang lain.

Bahasa yang Menarik: Puisi ini ditulis dengan bahasa yang kreatif dan ekspresif. Penyair menggunakan kata-kata yang menggambarkan suasana Bali dan tradisinya dengan indah, seperti "kemboja putih enam kelopak" dan "meleleh dari guci pecah." Ini memberikan tekstur dan kekayaan gambaran dalam puisi.

Kontras dalam Puisi: Puisi ini menciptakan kontras yang menarik antara budaya lokal dan pengaruh wisatawan, antara tradisi dan kehidupan modern. Ini mencerminkan realitas kompleks Bali sebagai tujuan pariwisata yang terkenal.

Sentimen Akhir Puisi: Puisi ini berakhir dengan mengajak kita untuk menjelajahi malam dari "seribu pintu," menyoroti keindahan dan keragaman pengalaman yang ditawarkan oleh pulau Bali.

Puisi "Tuak Bali Tuak Kehidupan" karya Diah Hadaning adalah sebuah gambaran yang kaya tentang Bali, dengan fokus pada tradisi lokal dan interaksi dengan wisatawan. Puisi ini menciptakan lapisan-lapisan makna dan nuansa, mencerminkan kehidupan sehari-hari di pulau yang dikenal dengan keindahan alam dan budayanya.

"Puisi: Tuak Bali Tuak Kehidupan (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Tuak Bali Tuak Kehidupan
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.