Puisi: Perempuan yang Dirajam Menjelang Malam (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Perempuan yang Dirajam Menjelang Malam" karya Goenawan Mohamad menggambarkan situasi yang dramatis dan penuh kegelapan, dengan perempuan ...
Perempuan yang Dirajam
Menjelang Malam

Perempuan yang dirajam menjelang malam
memandang ke seberang daratan.

Matahari telah memar. Cakrawala
luka bakar
Magrib raib dan gelap seperti lesit
menghisap sisa darah
yang basah pada langit.

Perempuan yang dirajam menjelang malam
adakah ia mencari
seorang laki-laki yang menulis sesuatu pada pasir
saksi terakhir
semua itu?

Yang hanya ada aku
tangan yang menulis
pada sabak hitam
ketakutanku.

Orang-orang dengan batu di tangan
telah pulang.

Dosa telah dilenyapkan.
Senja telah dibersihkan.
Dan langit telah lapang.

Tapi aku tak bisa pulang
Tubuh itu juga.

Kulihat di pelupuknya darah antri
seperti nira hitam.

Dan di bola mata yang pecah, ia seperti telah berkata
"Hamba telah berzina".

Perempuan yang dirajam menjelang malam
ingatkah kau kepadaku?

Ia hanya memandang ke seberang daratan.

Sampai akhirnya kelelawar-kelelawar yang terbang
memekik
mengenali jasad itu:

Di nanahnya ada namaku,
Sesuatu yang ingin ia sembunyikan
seperti kesedihanku.

"Ya," begitulah ia berkata sekali waktu,
"Aku hanya mencintaimu"

Perempuan yang dirajam menjelang malam
pejamkanlah
pelupukmu.

1990

Sumber: Horison (Juli, 1990)

Analisis Puisi:

Puisi "Perempuan yang Dirajam Menjelang Malam" karya Goenawan Mohamad menggambarkan situasi yang dramatis dan penuh kegelapan, dengan perempuan yang akan dirajam menjelang malam. Suasana maghrib yang gelap dan terik matahari yang memudar menambah intensitas kesedihan dan ketegangan.

Penggambaran Perempuan: Penyair menggambarkan perempuan tersebut dengan penuh empati dan kepekaan. Dia mencoba memahami kondisi dan perasaannya di tengah ancaman yang menghampiri.

Pertanyaan pada Perempuan: Penyair menyampaikan serangkaian pertanyaan kepada perempuan yang akan dirajam, mencerminkan keraguan dan kebingungannya tentang nasib perempuan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan itu mencoba memahami pikiran dan perasaan perempuan tersebut di saat-saat genting.

Simbolisme dan Metafora: Puisi ini sarat dengan simbolisme dan metafora yang menggambarkan perjuangan dan kesengsaraan perempuan. Darah yang mengalir dan langit yang gelap menjadi metafora bagi penderitaan dan ketidakadilan yang dialami perempuan tersebut.

Kritik terhadap Budaya dan Masyarakat: Puisi ini juga dapat dianggap sebagai kritik terhadap budaya patriarki dan ketidakadilan gender yang masih melanda masyarakat. Proses penghukuman terhadap perempuan yang dirajam menjadi gambaran dari sistem yang tidak adil dan kekerasan yang dialami perempuan.

Penyesalan dan Kesedihan: Penyair mengekspresikan penyesalan dan kesedihan atas nasib perempuan tersebut. Dia merasa terikat dengan nasib perempuan tersebut, merenungkan dosa dan kesalahan yang mungkin dilakukannya, serta merasakan rasa sedih dan penyesalan atas apa yang terjadi.

Akhir yang Mengharukan: Puisi ini diakhiri dengan seruan untuk perempuan tersebut untuk menutup mata dan merenung. Ini menciptakan suasana yang mengharukan dan memperkuat empati penyair terhadap perempuan yang mengalami penderitaan.

Puisi ini tidak hanya menggambarkan penderitaan perempuan dalam situasi yang ekstrim, tetapi juga menyoroti kompleksitas hubungan antara individu dan masyarakat serta kekuatan emosi yang terlibat dalam situasi-situasi yang sulit.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Perempuan yang Dirajam Menjelang Malam
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.