Puisi: Tiga Sajak Ringkas tentang Cahaya (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Tiga Sajak Ringkas tentang Cahaya" karya Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk merenungkan makna simbolis dari cahaya dan bayang-bayang.
Tiga Sajak Ringkas tentang Cahaya (1)


Cahaya itu, yang sesat
di antara pencakar langit,
sia-sia mencari
bayang-bayangnya.
"Apakah ada cahaya
yang tanpa bayang-bayang?"
pikirnya,
ketika sore begitu cepat tiba
dan matahari sampai serak
memanggilnya.

Malam hari, begitu banyak
bayang-bayang bersijingkat
di sekitar gedung-gedung tinggi ini.
Mereka berjumpa si Sesat itu
dan berkata, hampir serempak,
"Tapi kau bukan sumberku!"


Tiga Sajak Ringkas tentang Cahaya (2)


Pada suatu hari
sebuah cahaya
yang sangat terang
berniat mencari sumbernya.
Setelah menempuh hutan,
menyusur sungai,
mendaki gunung,
dan meluncur di padang salju
sampailah ia
ke sebuah padang pasir.
Suatu bayang-bayang
yang sangat panjang,
dan sangat hitam, menyambutnya,
"Aku sumbermu." katanya.

Letih dan lelah, tokoh kita
si cahaya terang itu
berhenti dan berkata ya saja,
meskipun ia curiga
bagaimana bisa di padang pasir
yang begitu luas dan rata
dan tak ada sosok apa pun itu
bisa tercipta bayang-bayang.


Tiga Sajak Ringkas tentang Cahaya (3)


Ketika bangun pagi ini,
kudapati cahaya kecil,
sisa semalam,
bersembunyi di sudut kamarku.
Aku hampir tidak mengenalinya
sampai ketika aku hampir keluar kamar
ia berkata, "Tutup kembali
pintu itu, cepat,
aku tak tahan menghadapi
cahaya di luar itu!"
Tentu saja,
sumber mereka berbeda,
pikirku.
"Siapa bilang begitu!"
hardik cahaya di luar
yang menyilaukan itu.


Sumber: Ayat-Ayat Api (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Tiga Sajak Ringkas tentang Cahaya" karya Sapardi Djoko Damono adalah kumpulan tiga sajak pendek yang menggambarkan perjalanan cahaya dan interaksi dengan bayang-bayang serta cahaya lainnya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna simbolis dari cahaya dan bayang-bayang.

Pencarian Cahaya: Dalam sajak pertama, cahaya digambarkan sebagai entitas yang "sesat" di antara pencakar langit dan mencari bayang-bayangnya. Pencarian cahaya ini bisa diartikan sebagai upaya manusia untuk memahami dirinya sendiri dan arti hidupnya. Pertanyaan apakah ada cahaya tanpa bayang-bayang menciptakan ketidakpastian yang dalam.

Sumber Cahaya yang Tidak Terduga: Sajak kedua menceritakan bagaimana cahaya yang terang mencari sumbernya dan menemukan sebuah bayang-bayang yang sangat panjang di padang pasir. Meskipun bayang-bayang itu mengklaim sebagai sumbernya, cahaya tersebut merasa curiga. Puisi ini menggambarkan bahwa sumber cahaya seringkali tidak seperti yang kita perkirakan, dan kebenaran bisa sangat relatif.

Interaksi Antara Cahaya dan Bayang-Bayang: Sajak ketiga menggambarkan interaksi antara cahaya kecil yang sisa semalam dan cahaya yang ada di luar kamar. Cahaya di luar menginginkan kamar untuk tetap gelap dan meminta untuk menutup pintu. Hal ini menciptakan perasaan bahwa sumber cahaya berbeda dan bahwa cahaya memiliki karakteristik dan preferensi yang unik.

Simbolisme Cahaya dan Bayang-Bayang: Cahaya dalam puisi ini bisa diartikan sebagai pengetahuan, pemahaman, atau pencerahan. Sementara itu, bayang-bayang mewakili ketidakpastian dan relatifitas. Interaksi antara cahaya dan bayang-bayang menggambarkan kompleksitas manusia dalam mencari pemahaman dan kebenaran.

Pesan Filosofis: Puisi ini memberikan pesan filosofis tentang sifat manusia yang selalu mencari makna dalam hidup, tetapi kebenaran seringkali relatif. Puisi ini juga menggambarkan bahwa pengetahuan dan pencerahan bisa sangat subjektif dan unik untuk setiap individu.

Puisi "Tiga Sajak Ringkas tentang Cahaya" karya Sapardi Djoko Damono adalah karya sastra yang mengundang pembaca untuk merenungkan arti cahaya, bayang-bayang, dan pencarian akan pemahaman dalam hidup. Melalui tiga sajak yang singkat, penyair menghadirkan pandangan filosofis tentang eksistensi manusia dan interaksi mereka dengan cahaya dan bayang-bayang dalam perjalanan hidup mereka.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Tiga Sajak Ringkas tentang Cahaya
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.