Puisi: Kisah tentang Mei yang Menemu Rembulannya (Karya Kurniawan Junaedhie)
Puisi: Kisah tentang Mei yang Menemu Rembulannya
Karya: Kurniawan Junaedhie
Kisah tentang MeiYang Menemu Rembulannya
Dari jauh, Mei memanggilku. Apa yang kau tangisi, Mei? Perempuan dengan mata sipit itu memalingkan wajahnya ke arah rembulan. Aku sudah tahu jawabmu, Mei, kataku gemetar. Kulitnya yang kuning langsat itu tersayat seperti layang-layang membelit di kawat.
Saat itu, cuaca seolah-olah berderak-derak. Kalender terbakar. Langit menangis untuk Mei. Petir dan halilintar menggelegar untuk Mei. Tapi kenangan ternyata bagai lipan yang tidak berjejak. Bahkan ingatan menggeliat seperti pesakitan untuk Mei.
Di antara perasaan tertekan khianat, ia menuliskan kalimat: "Aku yang tak pernah kaumiliki sudah menemu rembulan di lain tempat." Kata-katanya singkat, tak tersendat. Rupanya waktu
telah jadi batu bagi Mei.
Aku pun kehilangan bulan Mei yang seperti rembulan di langit pekat, yang hangat dan menawan. Mei membeku dalam waktu. Apa lagi yang kautangisi, Mei?
Mei, 2010
Sumber: Sepasang Bibir di Dalam Cangkir (2011)
Puisi: Kisah tentang Mei yang Menemu Rembulannya
Karya: Kurniawan Junaedhie
Biodata Kurniawan Junaedhie:
- Kurniawan Junaedhie lahir pada tanggal 24 November 1956 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.