Puisi: Penunggu Gunung Berapi (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Penunggu Gunung Berapi" mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan eksistensi individu dalam alam semesta yang ...
Penunggu Gunung Berapi

Awan sepotong bulan sepotong, rindu dipantulkannya
di tanah tinggi bukit-bukit batu di asing kerja
sebuah perigi meneriakkan derita diri setiap menjenguk muka
(Mengapa harus diteriakkan padanya, tidakkah ia tahu sendirinya?)

Terimpikan papaya ranum, gadis ranum desa bawahnya
tumpah birahi di telapak tangan oleh khayal paha tembaga
atas kemiripan batu-batu gunung, sepotong awan.

Didirikan satu mimpi di tanah batu, burung liar kanan kiri
makin asing ia, makin terpencil desa di bawah, terdesak ke dunianya.

Berbunga pokok randu, pecah-pecah buah mahoni, malam sangat dinginnya
ditatapnya awan lintas, sepi riuh satu kehidupan di tempurung kepala
zaman zaitun, bunga-bunga, angin tiba dibentuknya awan dada berbuah
buah dada bundanya putih, buah dada beledru bundanya sayang.

Sumber: Seni (Januari, 1955)

Analisis Puisi:

Puisi "Penunggu Gunung Berapi" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran alam dan refleksi tentang eksistensi manusia.

Gambaran Alam yang Kuat: Puisi ini memulai dengan gambaran alam yang kuat dan megah, dengan gunung berapi sebagai fokus utama. Gunung berapi sering kali diasosiasikan dengan kekuatan alam yang luar biasa dan misteri yang mendalam. Penyair menggunakan gambaran gunung berapi untuk menciptakan suasana yang menakjubkan dan penuh keajaiban.

Keterpencilan dan Kesendirian: Penunggu gunung berapi digambarkan sebagai sosok yang terpencil dan terasing dari desa di bawahnya. Kesendirian dan keterpencilan menjadi tema yang kuat dalam puisi ini, mencerminkan perasaan terpisahnya individu dari lingkungan sosialnya.

Khayalan dan Realitas: Ada penggambaran khayalan dan realitas yang menyatu dalam puisi ini. Penunggu gunung berapi memimpikan hal-hal yang indah dan mengagumkan, seperti papaya ranum dan gadis-gadis desa. Namun, realitasnya adalah kesendirian dan kehampaan yang terasa semakin dalam dengan kehadiran alam yang megah di sekitarnya.

Kiasan tentang Kehidupan: Beberapa gambaran alam, seperti randu yang berbunga dan mahoni yang berbuah, digunakan untuk menciptakan kiasan tentang kehidupan dan keberadaan. Penyair mengeksplorasi tema-tema kehidupan, kesendirian, dan keindahan alam dalam setiap barisnya.

Makna Simbolis: Puisi ini mungkin juga memiliki makna simbolis yang mendalam, dengan gunung berapi dan penunggunya mewakili perjuangan manusia dalam menghadapi tantangan dan keberadaan dalam alam semesta yang luas dan penuh misteri.

Puisi "Penunggu Gunung Berapi" adalah sebuah puisi yang memukau dengan gambaran alamnya yang kuat dan penggambaran tentang kehidupan manusia yang penuh kesendirian dan kehampaan. W.S. Rendra mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan eksistensi individu dalam alam semesta yang penuh dengan misteri dan keajaiban.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Penunggu Gunung Berapi
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.