Puisi: Persetubuhan Kunthi (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Persetubuhan Kunthi" memadukan elemen alam, kehidupan manusia, dan pertanyaan eksistensial dengan indah dan bermakna. Melalui bahasa yang ...
Persetubuhan Kunthi
Untuk tarian Sulistyo Tirtokusumo


Semakin ke tengah tubuhmu
yang telanjang
dan berenang
pada celah teratai merah.

Ketika desau angin berpusar
ikan pun
ikut menggeletar.

Dari pinggir yang rapat
membaur ganggang.
Antara lumut lebat
dan tubir batu
ada lempang kayu apu
yang timbul tenggelam
meraih
arus dan buih.

Sampai badai dan gempa seperti menempuhmu
dan kau teriakkan
jerit yang merdu itu
sesaat sebelum kulit langit biru
kembali, jadi biru.

Engkau dewa? Kau bertanya
Engkau matahari?

Laki-laki itu diam sebelum menghilang
ke sebuah asal
yang tak pernah diacuhkan:
sebuah khayal
di ujung hutan
di ornamen embun
yang setengah tersembunyi.

Yang tak pernah kau miliki, Kunthi
tak akan kau miliki.

 
2006

Analisis Puisi:
Puisi "Persetubuhan Kunthi" karya Goenawan Mohamad adalah sebuah karya yang menggambarkan keindahan dan kekuatan alam, sekaligus mengeksplorasi tema hubungan manusia dengan alam dan pencarian makna dalam kehidupan.

Gambaran Tubuh dan Alam: Puisi ini membuka dengan deskripsi tubuh yang telanjang dan berenang pada celah teratai merah. Penggambaran ini menciptakan citra sensual dan indah, mengaitkan keintiman manusia dengan keindahan alam. Bahasa yang dipilih menciptakan harmoni antara tubuh manusia dan elemen alam.

Resonansi Alam dan Kehidupan: Desau angin yang membuat ikan dan tubuh manusia menggeletar menggambarkan keterhubungan yang erat antara manusia dan alam. Gambaran ini mengandung resonansi kehidupan dan getaran yang menyatu dengan lingkungan sekitar.

Pertautan Antara Manusia dan Alam: Melalui penggambaran dari pinggir yang rapat hingga lempang kayu apu yang mengambang, puisi ini mengekspresikan hubungan yang akrab antara manusia dan alam. Ada keintiman yang tercipta melalui elemen-elemen alam, seperti lumut, ganggang, dan air yang mengalir.

Metafora Badai dan Jerit Merdu: Badai dan gempa yang menyertai pengalaman menciptakan metafora untuk tantangan dan ujian dalam hidup. Jerit merdu yang terdengar sebelum langit kembali biru menyiratkan suara manusia yang merayakan kehidupan dan melalui pengalaman yang penuh warna.

Pertanyaan Identitas dan Makna Kehidupan: Pertanyaan-pertanyaan identitas seperti "Engkau dewa? Kau bertanya / Engkau matahari?" menghadirkan tema pencarian makna dan identitas dalam kehidupan manusia. Puisi ini merangsang refleksi tentang peran manusia dalam konteks yang lebih besar, seperti dewa atau matahari yang melambangkan kekuatan dan keabadian.

Penutup yang Menyejukkan: Puisi ini ditutup dengan pemandangan hutan dan ornamen embun yang setengah tersembunyi. Gambaran ini memberikan nuansa penyejuk dan ketenangan setelah pengalaman yang intens. Sebuah khayal di ujung hutan memberikan ruang bagi imajinasi dan refleksi pribadi.

Kunthi dan Kerinduannya yang Abadi: Penutup puisi yang menyatakan "Yang tak pernah kau miliki, Kunthi / tak akan kau miliki" mengisyaratkan kerinduan yang abadi dan hakikat manusia yang selalu mencari sesuatu yang mungkin tidak dapat dimiliki. Kunthi di sini mungkin mencerminkan simbol universal manusia yang selalu mencari dan merindukan sesuatu yang tak tercapai.

Bahasa dan Gaya Penulisan: Goenawan Mohamad menggunakan bahasa yang puitis dan gambaran yang kaya, menciptakan suasana yang intens dan merangsang imajinasi pembaca. Gaya penulisannya yang padat dan singkat memberikan kesan kekuatan dan keindahan dalam pengungkapan.

Puisi "Persetubuhan Kunthi" adalah karya yang memadukan elemen alam, kehidupan manusia, dan pertanyaan eksistensial dengan indah dan bermakna. Melalui bahasa yang puitis dan imaji yang kuat, puisi ini membuka ruang untuk refleksi dan interpretasi yang mendalam.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Persetubuhan Kunthi
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.