Puisi: Sajak Bulan-bulanan (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Sajak Bulan-bulanan" karya Ahmadun Yosi Herfanda membawa nuansa satir dan kritik sosial terhadap kondisi politik dan sosial di Indonesia.
Sajak Bulan-bulanan
(Catatan 15 Agustus 1997)

Di atas Monas bulan mengintip
nonton pejabat baca puisi
di seberang Monas
orang besar bermain bulan
menendang ke kanan
menyepak ke kiri.

Bulan agustus bulan upacara
saatnya bangsa mengenang pahlawannya
Bulan agustus bulan krisis ekonomi
bulan mantan pejabat melarikan dolarnya
ke luar negeri, agar menjadi
pahlawan bagi duitnya sendiri.

Wanita datang bulan
verbodenlah ia
Pegawai tanggung bulan
menumpuklah tagihannya
Bulan yang dijual di kaki lima
kue terang bulan namanya.

Di atas Monas tersenyum bulan
nonton pejabat baca sajak perjuangan
di luar Monas
orang besar bermain bulan
orang-orang kecil
yang menjadi bulan-bulanan.

Agustus, 1997

Sumber: Republika (Minggu, 22 Agustus 1999)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Bulan-bulanan" karya Ahmadun Yosi Herfanda membawa nuansa satir dan kritik sosial terhadap kondisi politik dan sosial di Indonesia.

Metafora Bulan: Bulan dalam puisi ini digambarkan sebagai saksi bisu atas berbagai peristiwa dan kejadian yang terjadi di sekitarnya. Di satu sisi, bulan menjadi simbol keindahan alam dan kedamaian, tetapi di sisi lain, ia juga menjadi saksi atas berbagai kejanggalan dan ketidakadilan yang terjadi.

Kontras Antara Monas dan Realitas Sosial: Monas, sebagai simbol kebesaran dan kebanggaan nasional, menjadi latar belakang bagi realitas sosial yang penuh ironi dan kontradiksi. Sementara pejabat membaca puisi di Monas, di sekitarnya terjadi berbagai kejadian yang mencerminkan krisis ekonomi, korupsi, dan ketidakadilan.

Bulan Agustus: Bulan Agustus digambarkan sebagai bulan yang penuh makna, di mana bangsa Indonesia merayakan kemerdekaannya dan mengenang para pahlawan. Namun, di balik perayaan tersebut, tersembunyi krisis ekonomi dan tindakan korupsi yang dilakukan oleh pejabat.

Kritik Terhadap Pemerintah dan Elite Politik: Puisi ini secara tegas mengkritik perilaku para pejabat dan elit politik yang terlibat dalam korupsi dan penyelewengan kekuasaan. Mereka digambarkan sebagai orang besar yang memanfaatkan kekuasaan dan melupakan tanggung jawab moral mereka kepada rakyat.

Ironi Kehidupan Sehari-hari: Dalam puisi ini, terdapat ironi kehidupan sehari-hari di mana wanita yang mengalami menstruasi harus dikecam dan dianggap tabu, sementara para pegawai yang mengalami krisis ekonomi harus menanggung beban tagihan yang menumpuk.

Penekanan pada Ketidakadilan Sosial: Puisi ini menyoroti ketidakadilan sosial yang terjadi di masyarakat, di mana orang-orang kecil menjadi bulan-bulanan oleh para elit yang korup dan berkuasa.

Dengan demikian, puisi "Sajak Bulan-bulanan" adalah kritik tajam terhadap realitas sosial dan politik Indonesia, serta panggilan untuk menghadapi ketidakadilan dan korupsi dengan keberanian dan kejujuran.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Sajak Bulan-bulanan
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.