Puisi: Selat Sunda (Karya Beni Setia)

Puisi "Selat Sunda" karya Beni Setia bukan hanya sekadar deskripsi perjalanan fisik, tetapi juga merupakan perjalanan emosional dan spiritual yang ...
Selat Sunda

Menumpang ferry
ke Bakauheni. Saat
menyulut rokok
sambil menunggu 
kopi dingin. Gelombang
dan angin kencang
pekikan camar
lompatan ikan terbang,
dan tanya besar
: akankah sampai
di seberang? Hembusan
nafas yang sangsai
asap krakatau,
sel magma bawah laut
: Gempa, letusan
serta tsunami
kapankah akan bangkit?
Saat lintaskah?

Analisis Puisi:

Puisi "Selat Sunda" karya Beni Setia adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang perjalanan melintasi Selat Sunda, serta ketidakpastian dan kegembiraan yang melatarinya.

Pemandangan Alam: Puisi ini dimulai dengan gambaran pemandangan alam yang kuat, menciptakan suasana yang hidup dan berwarna bagi pembaca. Gelombang, angin kencang, pekikan camar, dan lompatan ikan terbang memberikan nuansa yang jelas tentang kehidupan di laut dan sekitarnya.

Tema Ketenangan dan Ketidakpastian: Meskipun puisi ini menggambarkan pemandangan yang indah dan menenangkan, ada elemen ketidakpastian yang menyelinap. Pertanyaan apakah akan sampai di seberang, serta referensi terhadap potensi gempa, letusan, dan tsunami dari Gunung Krakatau, menimbulkan rasa was-was dan kekhawatiran di tengah keindahan alam.

Simbolisme Krakatau: Gunung Krakatau menjadi simbol ketidakpastian dan bahaya yang mengintai. Asap Krakatau dan magma bawah laut melambangkan potensi letusan dan keruntuhan yang bisa terjadi kapan saja. Ini menggambarkan kekuatan alam yang tak terkendali dan kepekaan manusia terhadap ancaman tersebut.

Perjalanan dan Tantangan: Puisi ini merangkum pengalaman perjalanan dengan menggunakan gambaran selat sebagai metafora bagi perjalanan hidup. Proses menumpang ferry menjadi perjalanan fisik dan spiritual, di mana setiap detik diisi dengan ketidakpastian, harapan, dan kekhawatiran.

Pertanyaan Filosofis: Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang kehidupan dan kematian, ketidakpastian, dan harapan. Apakah kita akan sampai di seberang? Kapan bencana alam akan terjadi? Pertanyaan-pertanyaan ini menghadirkan refleksi yang mendalam tentang eksistensi manusia di dunia yang penuh dengan ketidakpastian.

Dengan demikian, puisi "Selat Sunda" karya Beni Setia bukan hanya sekadar deskripsi perjalanan fisik, tetapi juga merupakan perjalanan emosional dan spiritual yang menggugah pikiran dan perasaan pembaca. Puisi ini menyoroti keindahan dan kerentanan alam, serta kompleksitas eksistensi manusia di tengah-tengahnya.

Beni Setia
Puisi: Selat Sunda
Karya: Beni Setia

Biodata Beni Setia:
  • Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.