Puisi: Hari Hujan (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Hari Hujan" karya W.S. Rendra mengeksplorasi berbagai aspek dari fenomena hujan, mulai dari perasaan individu hingga pengaruhnya pada ....
Hari Hujan (1)

Hujan datang tersurah hujan
uang satu perak menggigil pulang abang becak
ditendang pintu rumah tumpah marah pada istri.


Hari Hujan (2)

Hujan datang tercurah hujan
darahnya laki-laki diciumnya perempuan tandas sekali
tiada dikatakannya ia cinta


Hari Hujan (3)

Hujan datang tercurah hujan
menggelar tikar menembang minum kopi
lega ruah tanah rengkah sawah-sawah, katak-katak nyanyi.


Hari Hujan (4)

Hujan datang tercurah hujan
orang-orang tidur, pulang tukang kacang
masih bocah suka mimpi, besok pergi lagi.


Hari Hujan (5)

Hujan datang tercurah hujan
di teras took anjing angkat satu kaki
bertambah lagi air di bumi
(Sehembus nafas kurang kerja)


Sumber: Empat Kumpulan Sajak (1961)

Analisis Puisi:
Puisi "Hari Hujan" karya W.S. Rendra adalah serangkaian lima bagian yang merayakan dan merenungkan fenomena hujan dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari. Dalam analisis ini, kita akan menyelami masing-masing bagian puisi ini untuk memahami pesan dan makna yang terkandung dalam setiap bagian.

Hari Hujan (1): Bagian pertama puisi ini menggambarkan hujan sebagai peristiwa alam yang membawa sejuk dan pelipur lara bagi seorang abang becak yang baru saja pulang dalam keadaan dingin karena basah kuyup oleh hujan. Namun, suasana ini berubah menjadi sebuah ketegangan saat abang becak tiba di rumah dan menyalahkan istrinya atas kondisi yang dialaminya. Ini menggambarkan bagaimana manusia seringkali mencari kambing hitam atau sasaran untuk melepaskan ketidaknyamanan mereka kepada orang lain.

Hari Hujan (2): Bagian kedua puisi ini melanjutkan tema hujan, tetapi kali ini dalam konteks hubungan antara laki-laki dan perempuan. Hujan di sini digambarkan sebagai peristiwa alam yang sama-sama dialami oleh kedua jenis kelamin, dan dalam suasana hujan, darah laki-laki dan ciuman perempuan menjadi sangat intim. Akan tetapi, bagian ini menyoroti ketidakucapan kata-kata cinta atau ekspresi perasaan dalam hubungan tersebut.

Hari Hujan (3): Bagian ketiga puisi ini merayakan hujan sebagai pemandangan yang mengagumkan. Hujan digambarkan sebagai peristiwa yang merangsang orang untuk menikmati kemewahan hidup, seperti meratap di tikar sambil menikmati secangkir kopi. Hujan juga memberikan lega kepada tanah dan membuat sawah-sawah menjadi subur, serta mengundang katak-katak untuk bernyanyi. Pesan di sini mungkin adalah untuk menghargai keindahan alam dan sederhana yang seringkali terlewatkan dalam rutinitas sehari-hari.

Hari Hujan (4): Bagian keempat puisi ini menggambarkan bagaimana hujan mempengaruhi aktivitas manusia, seperti tidur atau kembali pulang bagi tukang kacang. Pada saat yang sama, hujan mengundang imajinasi dan mimpi-mimpi, terutama di antara anak-anak. Hujan di sini menciptakan suasana yang nyaman dan mendamaikan dalam rutinitas keseharian.

Hari Hujan (5): Bagian terakhir puisi ini menggambarkan hujan sebagai pemberian alam yang memperkaya air tanah. Bahkan seekor anjing pun angkat satu kakinya di teras toko. Ini bisa diartikan sebagai cara alam memberikan keseimbangan dan keberlimpahan meskipun terjadi hujan.

Secara keseluruhan, puisi "Hari Hujan" karya W.S. Rendra mengeksplorasi berbagai aspek dari fenomena hujan, mulai dari perasaan individu hingga pengaruhnya pada alam dan kehidupan sehari-hari. Puisi ini menunjukkan bagaimana puisi dapat merenungkan dan merayakan momen-momen sederhana dalam kehidupan yang seringkali terabaikan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Hari Hujan
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.