Puisi: Pisau di Jalan (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Pisau di Jalan" karya W.S. Rendra menghadirkan gambaran yang menakutkan tentang kekerasan dan ketidakadilan dalam masyarakat.
Pisau di Jalan

Ada pisau tertinggal di jalan
dan mentari menggigir atasnya.
Ada pisau tertinggal di jalan
dan di matanya darah tua.
Tak seorang tahu
dahaga getir terakhir
dilepas di mana:
Tubuh yang dilumpuhkan
terlupa di mana.
Hari berdarah terluka
dan tak seorang berkabung.

Ajal yang hitam
tanpa pahatan.
Dan mayat biru
bakal dilupa.
Tanpa air siraman.
Tanpa bua-buah lerak
kulitnya merut berdebu.
Awan yang laknat
dengan maut-maut di kantongnya
melarikan muka
senyum laknat sendirinya.
Ada pisau tertinggal di jalan
dan mentari menggigir di atasnya.

Sumber: Kisah (November, 1955)

Analisis Puisi:

Puisi "Pisau di Jalan" karya W.S. Rendra adalah gambaran yang kuat tentang kekerasan, ketidakadilan, dan kekejaman dalam masyarakat.

Simbolisme Pisau: Pisau dalam puisi ini merupakan simbol kekerasan dan kekejaman. Pisau adalah alat yang sering digunakan dalam tindak kejahatan, dan keberadaannya di jalan menciptakan gambaran yang menakutkan dan mencekam. Pisau juga dapat melambangkan kekuatan yang tidak terkendali dan potensi bahaya yang mengancam.

Mentari dan Darah Tua: Mentari yang "menggigir" di atas pisau menciptakan gambaran dramatis dan mencekam. Kombinasi antara cahaya matahari yang terang dan keberadaan pisau yang menakutkan menyoroti ketidakadilan dan ketegangan dalam kehidupan. Darah tua yang terlihat di mata pisau menambahkan elemen ketakutan dan kegelisahan.

Ketidakpedulian dan Ketidakberdayaan: Pada puisi ini, tidak ada yang tahu siapa pemilik pisau atau siapa korban kekerasan tersebut. Hal ini menyoroti ketidakpedulian masyarakat terhadap kekerasan dan ketidakberdayaan individu yang menjadi korban. Masyarakat yang seolah-olah tidak peduli terhadap kekerasan yang terjadi di sekitarnya menciptakan suasana yang menakutkan dan tanpa belas kasihan.

Kehancuran dan Kesepian: Gambaran tentang mayat yang terlupa, tanpa upacara siraman atau perawatan, menciptakan nuansa kehancuran dan kesepian. Kematian yang tidak terhormat dan tanpa penghormatan menunjukkan ketidakpedulian dan kekejaman masyarakat terhadap sesama.

Kritik Sosial: Secara keseluruhan, puisi ini dapat dianggap sebagai kritik sosial terhadap kekerasan, ketidakadilan, dan ketidakpedulian dalam masyarakat. W.S. Rendra menggunakan gambaran pisau di jalan sebagai metafora untuk mengeksplorasi sisi gelap dan kejam dari kehidupan manusia.

Puisi "Pisau di Jalan" karya W.S. Rendra adalah puisi yang kuat dan menggugah, menghadirkan gambaran yang menakutkan tentang kekerasan dan ketidakadilan dalam masyarakat. Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan simbolisme yang dalam, puisi ini memicu refleksi tentang kondisi manusia dan kebutuhan akan empati, keadilan, dan perubahan sosial.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Pisau di Jalan
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.