Puisi: Sajak Seonggok Jagung (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Sajak Seonggok Jagung" karya W.S. Rendra menggambarkan konflik antara pendidikan formal dan realitas kehidupan sehari-hari, serta ...
Sajak Seonggok Jagung

Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda
yang kurang sekolahan.

Memandang jagung itu,
sang pemuda melihat ladang;
ia melihat petani;
ia melihat panen;
dan suatu hari subuh,
para wanita dengan gendongan
pergi ke pasar …
Dan ia juga melihat
suatu pagi hari
di dekat sumur
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
menjadi maisena.
Sedang di dalam dapur tungku-tungku menyala.
Di dalam udara murni
tercium bau kuwe jagung.

Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda.
Ia siap menggarap jagung.
Ia melihat kemungkinan
otak dan tangan
siap bekerja.

Tetapi ini:

Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda tamat SLA
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.

Ia memandang jagung itu
dan ia melihat dirinya terlunta-lunta.
Ia melihat dirinya ditendang dari diskotik.
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalase.
Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
Ia melihat nomor-nomor lotre.
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.
Seonggok jagung di kamar
tidak menyangkut pada akal,
tidak akan menolongnya.

Seonggok jagung di kamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode,
dan hanya penuh hafalan kesimpulan.
Yang hanya terlatih sebagai pemakai,
tetapi kurang latihan bebas berkarya.
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.

Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibukota
kikuk pulang ke daerahnya?
Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra, teknologi, kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:
"Di sini aku merasa asing dan sepi."

TIM, 12 Juli 1975

Sumber: Potret Pembangunan dalam Puisi (1993)

Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Seonggok Jagung" karya W.S. Rendra adalah karya sastra yang merangkum tema-tema seperti pendidikan, identitas, dan alienasi.

Simbolisme Jagung: Jagung dalam puisi ini memiliki makna simbolis yang kaya. Jagung dapat dianggap sebagai simbol kemampuan, potensi, atau peluang dalam hidup. Sang pemuda melihat lebih dari sekadar seonggok jagung; ia melihat seluruh siklus pertanian yang mencakup petani, panen, dan bahkan kehidupan sehari-hari di desa. Jagung juga mewakili sumber daya lokal dan kekayaan alam yang ada di daerah asal sang pemuda.

Kontras Pendidikan dan Identitas: Puisi ini menciptakan kontras antara pendidikan formal (SLA) dan kehidupan sehari-hari. Sang pemuda memiliki pendidikan formal, tetapi ia merasa terasing dan kehilangan identitasnya ketika berhadapan dengan realitas hidupnya yang keras. Pendidikan formal telah memisahkannya dari kenyataan dan budaya asalnya.

Alienasi: Salah satu tema utama dalam puisi ini adalah perasaan alienasi sang pemuda terhadap lingkungannya. Ia merasa asing di ibukota dan merindukan kampung halamannya yang sepi. Pendidikan formal yang ia terima seolah-olah menjadikannya "layang-layang" yang terbang tinggi, tetapi saat kembali ke daerah asalnya, ia merasa tidak dapat beradaptasi atau merasa "asing dan sepi."

Pertanyaan-Pertanyaan Filosofis: Puisi ini mengajukan serangkaian pertanyaan filosofis yang merangsang pemikiran. W.S. Rendra mengajukan pertanyaan tentang nilai sebenarnya dari pendidikan dan apa artinya memiliki pengetahuan jika itu tidak dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.

Kritik terhadap Sistem Pendidikan: Puisi ini mencerminkan kritik terhadap sistem pendidikan yang terlalu berfokus pada pembelajaran akademis dan kurang mempertimbangkan relevansi pendidikan dengan kehidupan sehari-hari dan budaya lokal. Sang pemuda, meskipun tamat SLA, tidak merasa persiapan yang diberikan pendidikan tersebut cukup untuk mengatasi realitasnya.

Bahasa yang Kuat dan Simpel: W.S. Rendra menggunakan bahasa yang kuat dan sederhana untuk menyampaikan pesan-pesannya. Ini membuat puisi ini mudah dipahami oleh pembaca sementara tetap memiliki makna mendalam.

Puisi "Sajak Seonggok Jagung" menggambarkan konflik antara pendidikan formal dan realitas kehidupan sehari-hari, serta perasaan alienasi dan kehilangan identitas yang mungkin dialami oleh seseorang yang terlalu terikat pada pendidikan formal. Puisi ini mengajukan pertanyaan filosofis tentang nilai pendidikan dan relevansinya dengan kehidupan sebenarnya.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Sajak Seonggok Jagung
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.