Puisi: Membaca Batu-Batu di Lereng Bukit (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Membaca Batu-Batu di Lereng Bukit" mengajak pembaca untuk merenungkan akan arti kebebasan, pengkhianatan, dan semangat perubahan.
Membaca Batu-Batu di Lereng Bukit


Batu-batu di lereng bukit menyapa
siapa mengumbar suara malam-malam
kejutkan burung balam
kejutkan baying pohonan
kejutkan mimpi Wong Lerep yang keburu padam
sembunyikan pedang berkarat tak terbilang
sembunyikan pengkhianatan dalam diam.

Sisa-sisanya menyatu pendar cahaya
pun menyusup di semburat mentar pagi
serat-seratnya menyatu di batu lereng bukit
masih terasa getar merdeka di sini
meski di langit tak bulan malam ini
selain gigil angin bukit Ungaran
perlahan memintal angan-angan
para saudara yang berdatangan
mengusung hasrat perubahan

Perempuan El Naan masih setia menunggui
sepanjang malam dan siang
mengeja aksara purba di batu dan hatimu.


Ungaran, Agustus 2008

Analisis Puisi:
Puisi "Membaca Batu-Batu di Lereng Bukit" karya Diah Hadaning merupakan sebuah persembahan yang sarat akan nuansa sejarah, keberanian, serta semangat perjuangan dalam meraih perubahan. Melalui penggambaran lingkungan alam, sejarah, dan karakter-karakter mitos, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan akan arti kebebasan, pengkhianatan, dan semangat perubahan.

Makna Simbolis Batu di Lereng Bukit: Batu-batu di lereng bukit menjadi simbol dari masa lalu, menawarkan pesan atau cerita yang terkandung di dalamnya. Batu-batu ini digambarkan menyapa dan menyimpan banyak cerita yang belum terungkap. Mereka menjadi saksi bisu dari kejadian masa lalu, simbol pengalaman yang terlupakan atau disimpan dalam diam.

Keberanian Menghadapi Masa Lalu: Puisi menyinggung tentang keberanian untuk mengungkap masa lalu yang tersembunyi. Mengumbar suara malam-malam adalah upaya untuk menghadirkan kejutan dan membangunkan ingatan, seperti kebangkitan dari tidur yang panjang. Ada semangat dalam mengingat dan mengungkapkan sejarah yang mungkin terlupakan.

Semangat Perubahan dan Keinginan untuk Merdeka: Penggambaran tentang "getar merdeka" yang masih terasa di lereng bukit menunjukkan semangat akan kebebasan, meskipun malam itu tak dihiasi oleh bulan. Ini mewakili semangat perubahan dan keberanian dalam menghadapi masa depan, bahkan di saat ketidaktahuan atau kegelapan.

Kepercayaan dan Kebangkitan Budaya: Ada rasa kepercayaan terhadap budaya, tergambar dari adegan "Perempuan El Naan masih setia menunggui, mengeja aksara purba di batu dan hatimu." Hal ini menunjukkan upaya menjaga warisan budaya dan sejarah yang penting untuk diketahui dan dijaga.

Pesan tentang Perubahan dan Kesetiaan: Puisi ini menyiratkan pesan tentang perubahan dan kesetiaan. Terdapat semangat untuk berubah menuju masa depan yang lebih baik, sambil tetap menjaga warisan dan nilai-nilai yang diyakini sebagai dasar dari keberanian dan semangat perjuangan.

Puisi "Membaca Batu-Batu di Lereng Bukit" merupakan sebuah puisi yang mengundang pembaca untuk merenungkan sejarah, keberanian, dan semangat perubahan. Diah Hadaning berhasil menghadirkan gambaran lingkungan alam yang memikat sambil menyelipkan pesan-pesan tentang keberanian dalam menghadapi masa lalu, semangat perubahan, dan nilai-nilai budaya yang harus dijaga. Puisi ini memotret kekuatan sejarah, semangat perjuangan, dan pentingnya keberanian untuk mengungkap cerita masa lalu demi masa depan yang lebih baik.

"Puisi: Membaca Batu-Batu di Lereng Bukit (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Membaca Batu-Batu di Lereng Bukit
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.