Puisi: Setelah Membaca Legenda Kalinyamat (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Setelah Membaca Legenda Kalinyamat" karya Diah Hadaning mengeksplorasi tema-tema seperti kebebasan, kebanggaan, dan ...
Setelah Membaca Legenda Kalinyamat (1)

Selembar catatan tua di rumah kuna
dusun kelahiran para perempuan perkasa
yang pernah dibelenggu jiwa rantai ombak utara
akan datang masanya cerita sesat tak lagi
tetap tataplah langit utara
seorang anak manusia datang membebaskan
citra terpenjara
seratus perang nuju Malaka
delapan pulang sisa kekalahan
terpatri jadi prasasti kebanggaan
tonil dan sandiwara sembunyikan itu di balik tabir
kini telah berakhir dan kenyataan hadir

Ombak masih mengiringi musim
angina masih menyalami pohon mahoni tua
dan menggugurkan bunga tanjung di halaman
doa dan tembang pagi masih dilantunkan
meski muara sungai Wisa tak lagi penuh perahu
arusnya telah terlipat dalam wiru
namun Jepara masih ada
Kalinyamat harumi jiwa


Setelah Membaca Legenda Kalinyamat (2)

Kota terus tumbuh seiring perjalanan abad-abad 
selalu tersisa orang-orang yang membaca macapatan
mencoba menangkap jejak cinta sang ratu
pada serat pelangi di langit kota senja hari
pada gurat relief jati simpan cerita misteri kejayaan

Mengawali wajah dalam cermin kuno di pendapa
terbayang para perempuan dan lelaki penerus
sejarah, penabur benih kehidupan masa datang
genduk Si, genduk Si, lambainya dari balik situs benteng
Portugis tua, jangan henti.

2002

Analisis Puisi:
Puisi "Setelah Membaca Legenda Kalinyamat" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya sastra yang merenungkan sejarah, budaya, dan keberlanjutan tradisi dalam konteks legenda Kalinyamat. Puisi ini menggambarkan pemikiran dan perasaan penyair setelah membaca legenda tersebut, serta mengeksplorasi tema-tema seperti kebebasan, kebanggaan, dan keberlanjutan.

Bagian 1 - Kembali ke Akar Budaya

Bagian pertama puisi ini membawa pembaca ke "rumah kuna" dan dusun kelahiran yang dihuni oleh "para perempuan perkasa." Ini adalah tempat yang menjadi latar belakang dari legenda Kalinyamat, yang menggambarkan perjuangan dan keberanian perempuan-perempuan tersebut. Puisi ini mengekspresikan ide bahwa cerita-cerita lama dan legenda memiliki daya tarik yang abadi, bahkan jika waktu telah berlalu.

Penyair mengacu pada "seorang anak manusia" yang akan datang dan "membebaskan citra terpenjara." Ini dapat diartikan sebagai harapan bahwa pengetahuan tentang legenda tersebut akan membebaskan pemikiran manusia dari keterbatasan dan stereotip. Kemudian, puisi ini mengingatkan pembaca tentang sejarah Malaka, di mana seratus perang hanya menghasilkan delapan puluh pahlawan yang tersisa. Namun, mereka masih meninggalkan prasasti kebanggaan, menunjukkan bahwa pengorbanan mereka memiliki makna yang mendalam.

Bagian 2 - Kebanggaan dalam Tradisi

Bagian kedua puisi ini menggambarkan bagaimana Kota Jepara terus tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu, sementara tetap melestarikan budaya dan tradisinya. Puisi ini menyoroti pentingnya orang-orang yang masih membaca macapatan (nyanyian Jawa kuno) dan berusaha untuk memahami warisan budaya mereka.

Selain itu, puisi ini menekankan pentingnya melanjutkan kisah cinta sang ratu dan memahami warisan budaya yang lebih besar, yang tercermin dalam relief-relief dan situs bersejarah di kota tersebut. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan warisan budaya dan sejarah yang melekat dalam kota dan masyarakat Jepara.

Puisi "Setelah Membaca Legenda Kalinyamat" karya Diah Hadaning adalah penghormatan terhadap sejarah dan budaya Jawa, terutama legenda Kalinyamat yang menggambarkan keberanian perempuan. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan arti dan makna dari warisan budaya dan sejarah, serta menghargai nilai-nilai kebebasan dan kebanggaan yang dapat diambil dari cerita-cerita lama. Dengan demikian, puisi ini mengingatkan kita tentang pentingnya mempertahankan dan mewarisi tradisi-tradisi yang berharga dalam masyarakat kita.

Puisi: Setelah Membaca Legenda Kalinyamat
Puisi: Setelah Membaca Legenda Kalinyamat
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.