Puisi: Sajak-Sajak Empat Seuntai (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Sajak-Sajak Empat Seuntai" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan kompleksitas dalam menggunakan kata-kata sebagai sarana untuk ...
Sajak Empat Seuntai (1)

kukirim padamu beberapa patah kata
yang sudah langka -
jika suatu hari nanti mereka mencapaimu,
rahasiakan, sia-sia saja memahamiku

Sajak Empat Seuntai (2)

ruangan yang ada dalam sepatah kata
ternyata mirip rumah kita:
ada gambar, bunyi, dan gerak-gerik di sana -
hanya saja kita diharamkan menafsirkannya

Sajak Empat Seuntai (3)

bagi yang masih percaya pada kata:
diam pusat gejolaknya, padam inti kobarnya -
tapi kapan kita pernah memahami laut?
memahami api yang tak hendak surut?

Sajak Empat Seuntai (4)

apakah yang kita dapatkan di luar kata:
taman bunga? ruang angkasa?
di taman, begitu banyak yang tak tersampaikan
di angkasa, begitu hakiki makna kehampaan

Sajak Empat Seuntai (5)

apa lagi yang bisa ditahan? beberapa kata
bersikeras menerobos batas kenyataan -
setelah mencapai seberang, masihkah bermakna,
bagimu, segala yang ingin kusampaikan?

Sajak Empat Seuntai (6)


dalam setiap kata yang kaubaca selalu ada
huruf yang hilang -
kelak kau pasti akan kembali menemukannya
di sela-sela kenangan penuh ilalang.

1989

Sumber: Hujan Bulan Juni (1994)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak-Sajak Empat Seuntai" karya Sapardi Djoko Damono adalah kumpulan puisi yang menggambarkan kompleksitas dalam menggunakan kata-kata sebagai sarana untuk menyampaikan makna dan pesan.

Sajak Empat Seuntai (1)

Penyair mengirimkan beberapa patah kata yang langka kepada pembaca. Pesan ini mencerminkan ketidakpastian dalam komunikasi dan kesulitan dalam pemahaman di antara manusia. Penyair mungkin merasa bahwa makna yang ingin disampaikan bisa saja terabaikan atau tidak dipahami sepenuhnya oleh penerima.

Sajak Empat Seuntai (2)

Di sini, penyair membandingkan ruangan dalam sepatah kata dengan sebuah rumah. Metafora ini menggambarkan kedalaman dan kekayaan dalam satu kata, namun, seringkali, penafsiran dan pemahaman atasnya dibatasi atau dilarang.

Sajak Empat Seuntai (3)

Penyair menantang pemahaman konvensional tentang kekuatan kata-kata. Meskipun kata-kata memiliki kekuatan untuk meredakan gejolak emosi dan menggugah makna, namun, apakah kita benar-benar memahami makna yang tersembunyi di baliknya, seperti laut yang tidak pernah sepenuhnya dipahami oleh manusia?

Sajak Empat Seuntai (4)

Di sini, penyair merenungkan tentang apa yang bisa ditemukan di luar kata-kata. Meskipun taman bunga dan ruang angkasa mungkin memiliki makna yang dalam, ada banyak hal yang tidak bisa disampaikan dengan kata-kata. Ini menggarisbawahi keterbatasan bahasa dalam mengungkapkan kompleksitas kehidupan.

Sajak Empat Seuntai (5)

Penyair menunjukkan ketegangan antara kata-kata yang ingin disampaikan dan kemampuan pembaca untuk memahaminya sepenuhnya. Bahkan setelah mencapai tujuan komunikasi, apakah makna yang disampaikan masih relevan bagi penerima?

Sajak Empat Seuntai (6)

Penyair menyoroti kehilangan dan penemuan dalam proses membaca dan menginterpretasikan kata-kata. Ada aspek keabadian dalam setiap kata yang dibaca, di mana hilangnya sebuah huruf bisa menimbulkan perasaan nostalgia dan penemuan kembali kenangan yang terlupakan.

Puisi "Sajak-Sajak Empat Seuntai" adalah kumpulan puisi yang mengajak pembaca untuk merenungkan kompleksitas bahasa dan makna. Dengan gaya yang sederhana namun mendalam, Sapardi Djoko Damono menggambarkan kekuatan dan keterbatasan kata-kata dalam menyampaikan pengalaman dan emosi manusia.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Sajak-Sajak Empat Seuntai
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.