Puisi: Mikrofon (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Mikrofon" karya Taufiq Ismail menciptakan gambaran yang kuat dan kompleks tentang transformasi batin, kebingungan, dan perasaan yang mungkin ..
Mikrofon

Aku lihat diriku berubah
di depan mikrofon.

Kukira aku bisa jadi merak
yang sanggup mengibarkan empat warna bulu
kiranya aku cuma tokek
dengan vokal yang bikin orang kesal.

Aku lihat diriku berubah
di depan mikrofon.

Sering kurasakan diriku
seperti seekor kadal yang ingin terkenal
tapi kadang-kadang mirip burung beo
dengan cara berdiri dan bicara
yang senantiasa salah tingkah.

Aku lihat diriku berubah
di depan mikrofon.

Di depan orang banyak aku jadi domba kampung
yang memperindah-indah bahasa
atau monyet genit yang lebar hidungnya
tapi yang paling sial adalah
ketika aku terjemahkan diriku
jadi babi yang lupa diri.

Di depan mikrofon
pada hari Senin aku jadi burung merak
Selasa tokek, Rabu bengkarung, Kemis beo,
Jum'at domba, Sabtu monyet dan Ahad babi.

Sepanjang minggu dalam diriku telah kuciptakan
sebuah kebun binatang.

Aku ingin bertanya pada angin
bagaimana cara dia
menghadapi mikrofon ini.

1992

Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (2000)

Analisis Puisi:

Puisi "Mikrofon" karya Taufiq Ismail adalah karya yang menggambarkan pengalaman dan perasaan seorang individu yang tampil di depan mikrofon. Dalam puisi ini, Taufiq Ismail menyampaikan pemikirannya dengan menggunakan gambaran-gambaran hewan sebagai metafora untuk mengekspresikan perasaan dan perubahan diri di hadapan mikrofon.

Transformasi dan Identitas: Puisi ini mencerminkan transformasi identitas seseorang ketika berada di depan mikrofon. Penyair menyatakan perasaannya yang berubah-ubah dan bagaimana mikrofon menjadi seperti katalisator yang mengubahnya menjadi berbagai karakter hewan, seperti merak, tokek, kadal, burung beo, dan lain-lain. Transformasi ini menggambarkan kompleksitas identitas manusia yang bisa berubah sesuai konteks.

Gambaran Metaforis Hewan: Penggunaan gambaran metaforis hewan memberikan dimensi emosional dan psikologis pada pengalaman berbicara di depan mikrofon. Setiap hewan yang disebutkan memiliki karakteristik yang unik, dan hal ini bisa mencerminkan berbagai aspek kepribadian dan perasaan penyair saat berbicara di hadapan publik.

Kebun Binatang dalam Diri: Penyair menciptakan gambaran kebun binatang dalam dirinya sendiri sebagai hasil dari transformasi identitas yang terjadi sepanjang minggu. Ini bisa diartikan sebagai kompleksitas batin dan berbagai karakter yang ada dalam dirinya, menggambarkan perjalanan batin yang beragam selama seminggu.

Rasa Tak Nyaman dan Kekeliruan: Puisi ini juga menyoroti rasa tak nyaman dan kekeliruan yang dirasakan oleh penyair ketika berbicara di depan mikrofon. Beberapa karakter hewan yang muncul bisa diartikan sebagai perasaan kurang percaya diri, kebingungan, atau bahkan rasa malu di hadapan publik.

Pertanyaan pada Angin: Dengan mengakhiri puisi dengan pertanyaan pada angin tentang cara menghadapi mikrofon, penyair menunjukkan keinginan untuk memahami bagaimana benda tak bernyawa seperti angin dapat melalui pengalaman yang mungkin sama dengan yang dirasakannya. Ini menciptakan lapisan filosofis dan menyiratkan keinginan untuk memahami kesejatian dan perasaan.

Puisi "Mikrofon" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya yang menggambarkan perubahan identitas dan perasaan seorang individu ketika berbicara di depan mikrofon. Dengan menggunakan gambaran hewan sebagai metafora, penyair menciptakan gambaran yang kuat dan kompleks tentang transformasi batin, kebingungan, dan perasaan yang mungkin dialami oleh banyak orang ketika berada di pusat perhatian.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Mikrofon
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.