Puisi: Derai-Derai Cemara (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Derai-Derai Cemara" menggambarkan perenungan yang dalam tentang kehidupan, perubahan, dan kematian. Chairil Anwar dengan mahir menggunakan ...
Derai-Derai Cemara

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
 
Sumber: Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)

Catatan Admin:
Puisi ini tidak diberi judul.

Analisis Puisi:
Puisi "Derai-Derai Cemara" karya Chairil Anwar menggambarkan perenungan yang dalam terhadap pengalaman hidup dan perubahan yang dialami sepanjang masa.

Gambaran Alam: Puisi dimulai dengan gambaran alam yang kuat, khususnya derai cemara yang melambangkan kesendirian dan kehampaan. Derai cemara yang menderai sampai jauh membawa pembaca ke dalam suasana sepi dan kegelapan, mengisyaratkan perubahan waktu dari siang ke malam.

Simbolisme Dahan di Tingkap: Dahan di tingkap yang merapuh dan dipukul angin menjadi simbol kelemahan dan kerapuhan manusia dalam menghadapi tantangan hidup. Mereka mewakili ketidakstabilan dan ketidakpastian, serta konfrontasi dengan kekuatan alam.

Perjalanan Hidup: Penyair menyampaikan perenungan tentang perjalanan hidupnya. Dia menyadari bahwa dia telah menjadi dewasa dan telah berada jauh dari masa kanak-kanaknya. Ada kesadaran akan waktu yang telah berlalu dan perubahan yang telah terjadi.

Keberanian dan Kekuatan: Meskipun menghadapi kekalahan dan kehilangan, penyair menunjukkan keberanian dan kekuatan dalam menghadapi kenyataan hidup. Dia mampu bertahan dan menerima perubahan yang terjadi, meskipun tidak selalu mudah.

Kehadiran Cinta dan Penyesalan: Ada nuansa penyesalan dan kehilangan dalam puisi ini, terutama dalam menyinggung cinta dan kehilangan cinta di masa lalu. Ada ungkapan rasa menyesal atas hal-hal yang tidak diucapkan dan kesempatan yang terlewatkan.

Tema Kehidupan dan Kematian: Puisi ini juga mencerminkan tema yang umum dalam karya-karya Chairil Anwar, yaitu kehidupan dan kematian. Ada perenungan yang mendalam tentang keterbatasan manusia dalam menghadapi waktu dan kejadian.

Puisi "Derai-Derai Cemara" adalah puisi yang menggambarkan perenungan yang dalam tentang kehidupan, perubahan, dan kematian. Chairil Anwar dengan mahir menggunakan gambaran alam dan simbolisme untuk menyampaikan pesan yang mendalam tentang kondisi manusia dan perjalanan hidupnya.

Chairil Anwar
Puisi: Derai-Derai Cemara
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.