Puisi: Doa seorang Lelaki Kepada Pengantinnya (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Doa Seorang Lelaki Kepada Pengantinnya" menghadirkan gambaran tentang cinta yang kokoh di tengah-tengah kekacauan dunia. Dengan menggunakan ...
Doa seorang Lelaki
Kepada Pengantinnya

Di antara deru derap para demonstran
dan gejolak murka amuk masa
kurangkai doa purba
tentang karunia
dalam improvisasi waktu.

Pengantinku 
kusimak untai melati di lehermu
kuresapi senyum teduh utuh
redam lidah-lidah api
membakar musim membakar diri
sebuah doa memanik di altar jiwa
genggam tangan genggam jemari
genggam rasa genggam asa
menunggal oleh-Nya.

Di antara langkah-langkah nada-nada
dan raungan luka di jalan raya
kurangkai doa purba
atas nama cinta
dalam geliat pergantian jaman.


Bogor, November 1999

Analisis Puisi:
Puisi "Doa Seorang Lelaki Kepada Pengantinnya" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan seorang lelaki yang merenungkan kehadiran sang pengantin dalam kehidupannya, di tengah-tengah gejolak zaman dan kehidupan yang penuh tantangan. Puisi ini menyoroti hubungan antara cinta, doa, dan harapan dalam konteks keadaan sosial dan politik yang tidak stabil.

Tema Cinta dan Ketenangan: Puisi ini mengeksplorasi tema cinta dalam konteks yang penuh dengan kekacauan dan konflik. Meskipun ada "deru derap para demonstran" dan "raungan luka di jalan raya", tetapi di antara semua itu, ada kedamaian yang dihadirkan oleh kehadiran sang pengantin. Puisi ini menampilkan pengantin sebagai sumber kedamaian dan ketenangan di tengah-tengah kekacauan dunia.

Simbolisme Melati dan Altar Jiwa: Simbolisme melati yang muncul dalam puisi menggambarkan kecantikan, kesucian, dan keharuman. Melati di leher pengantin merupakan gambaran tentang keindahan yang dihadirkan oleh kehadiran sang kekasih. Altar jiwa menciptakan gambaran tentang kebersamaan spiritual antara dua insan yang saling mencintai.

Doa sebagai Penghubung: Puisi ini mengangkat doa sebagai elemen yang menghubungkan hubungan antara lelaki dan pengantinnya, serta hubungan mereka dengan Tuhan. Doa menjadi jembatan yang menghubungkan cinta, harapan, dan keyakinan dalam sebuah ikatan yang suci dan berarti.

Geliat Pergantian Jaman: Puisi ini juga merujuk pada geliat pergantian jaman yang tak terhindarkan. Dalam konteks zaman yang terus berubah, cinta dan doa menjadi dua kekuatan yang konsisten dan kokoh, yang tetap mempertahankan makna dan nilai-nilai kehidupan.

Gaya Bahasa dan Imaji: Gaya bahasa dalam puisi ini cukup khas dengan penggunaan imaji yang kuat. Diah Hadaning menggambarkan suasana yang penuh dengan dinamika dan perubahan melalui kata-kata yang mendalam dan puitis.

Puisi "Doa Seorang Lelaki Kepada Pengantinnya" menghadirkan gambaran tentang cinta yang kokoh di tengah-tengah kekacauan dunia. Dengan menggunakan imageri yang kuat dan bahasa yang indah, Diah Hadaning berhasil mengekspresikan kompleksitas dan keindahan dalam sebuah hubungan yang didasari oleh cinta dan doa. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna sejati dari cinta dan kekuatan doa dalam menghadapi segala tantangan kehidupan.

Puisi: Doa seorang Lelaki Kepada Pengantinnya
Puisi: Doa seorang Lelaki Kepada Pengantinnya
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.