Puisi: Kesaksian dari Syura ke Syura (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Kesaksian dari Syura ke Syura" karya Diah Hadaning menggambarkan pentingnya pengalaman, kenangan, dan pesan-pesan yang diwariskan kepada ....
Kesaksian dari Syura ke Syura


Bapa, kesaksian kusimpan dalam nadi
masih kusimpan jua misteri gaib pesanmu
sementara kusimak bayangmu
walau kabut maya
windu-windu nulis obituary
karena hari-hari ada catatan darah
darah sesiapa bercak di matahari
aku ingin mengusapnya
agar cahayanya cipta kembali
bayang memanjang akan sosokmu.

Kendi-kendi yang belum penuh terisi
aku ingin penuhi
ditambah sari bebunga
agar kau tak pernah dahaga
kala jelajah padang gaib
ruang dan waktu.


Bogor, Januari 2007

Analisis Puisi:
Puisi "Kesaksian dari Syura ke Syura" karya Diah Hadaning adalah karya yang sarat dengan makna dan mendalam. Puisi ini membahas tema-tema seperti kenangan, kehilangan, dan hubungan antara generasi.

Kesaksian dan Misteri: Puisi ini dimulai dengan ungkapan "kesaksian kusimpan dalam nadi," yang menunjukkan pentingnya kenangan dan pengalaman yang disimpan oleh generasi sebelumnya. Ada juga referensi kepada "misteri gaib pesanmu," yang mungkin merujuk pada pesan-pesan yang belum sepenuhnya dimengerti atau diungkapkan oleh generasi sebelumnya.

Hubungan dengan Bapa: Puisi ini menciptakan gambaran hubungan antara penyair dengan figur bapaknya. Bapa adalah sumber inspirasi dan pengaruh dalam kehidupan penyair, dan pesan-pesan serta kesaksian yang diwariskan oleh bapa tersebut menjadi penting dalam puisi ini.

Simbolisme Darah: Darah muncul dalam puisi sebagai simbol penting. Catatan darah dalam "hari-hari" menciptakan nuansa dramatis dan mungkin merujuk pada pengorbanan atau perjuangan yang telah dilalui oleh generasi sebelumnya. Darah juga dapat merujuk pada keturunan dan warisan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Bayangan dan Cahaya: Bayangan bapa yang masih hadir dalam pikiran penyair menciptakan gambaran bahwa kenangan dan pengaruh orang yang telah meninggal dapat terus memancar cahaya dalam hidup yang masih berlanjut. Ini adalah cara penyair menghormati dan mengabadikan warisan bapa.

Kendi-Kendi dan Sari Bebunga: Kendi-kendi yang "belum penuh terisi" dapat diartikan sebagai simbol kehidupan yang belum sempurna atau pengalaman yang belum lengkap. Mengisinya dengan "sari bebunga" menunjukkan hasrat untuk melengkapi kehidupan dan pengalaman agar hidup tidak pernah mengalami kekurangan.

Puisi "Kesaksian dari Syura ke Syura" adalah ungkapan cinta, rasa hormat, dan penghargaan terhadap bapa serta warisan yang ditinggalkan oleh generasi sebelumnya. Puisi ini menggambarkan pentingnya pengalaman, kenangan, dan pesan-pesan yang diwariskan kepada generasi berikutnya dalam menjalani hidup.

"Puisi: Kesaksian dari Syura ke Syura (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Kesaksian dari Syura ke Syura
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.