Puisi: Percakapan di Satu Desa (Karya D. Zawawi Imron)

Puisi "Percakapan di Satu Desa" menggambarkan kehidupan sehari-hari di desa, di mana dua tokoh berbicara tentang kehidupan, pertemanan, dan ...
Percakapan di Satu Desa

nanti malam, apa jadi engkau ke rumah?
isteriku membuat dodol biji mangga
kita makan di halaman
berdua kita pecahkan

besok lusa, tolonglah aku menyabit lalang
buat pengganti atap gubukku
ajaklah Sidun, aku senang padanya
lantaran ketawanya yang menggelegar
dapat mengganjal jiwaku yang sedang lapar

nanti malam, apa jadi engkau ke rumah?
di bawah bulan yang mulai sembuh dari gerhana
sambil menunggu gerhana bulan
bagaimana bisa kutebus
sawah ladangku yang masih tergadai.

1977

Sumber: Bulan Tertusuk Lalang (1982)

Analisis Puisi:
Puisi "Percakapan di Satu Desa" adalah sebuah puisi karya D. Zawawi Imron yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di desa, di mana dua tokoh berbicara tentang kehidupan, pertemanan, dan pengalaman.

Latar Belakang Desa: Puisi ini menjadikan sebuah desa sebagai latar belakang, dan dengan itu menciptakan suasana yang penuh dengan kehidupan pedesaan. Penggunaan kata-kata seperti "rumah," "halaman," "sawah," dan "gubuk" membangun citra sebuah desa yang sederhana.

Percakapan Informal: Puisi ini menggambarkan percakapan yang santai dan informal antara dua orang teman. Mereka berbicara tentang aktivitas sehari-hari, seperti makan dodol biji mangga dan menyabit lalang. Ini menciptakan nuansa keakraban dan kebersamaan yang erat di antara mereka.

Citra Budaya: Puisi ini juga mencerminkan budaya dan tradisi desa. Misalnya, pembuatan dodol biji mangga adalah sesuatu yang mungkin merupakan kebiasaan atau kegiatan tradisional dalam desa tersebut.

Hubungan Pertemanan: Puisi ini merayakan hubungan pertemanan di desa. Tokoh yang mengundang temannya ke rumah menunjukkan keramahan dan antusiasme. Hal ini juga menekankan pentingnya hubungan sosial dalam kehidupan desa.

Pengalaman Desa: Puisi ini juga menggambarkan pengalaman-pengalaman desa yang sederhana, seperti menunggu gerhana bulan atau menyabit lalang untuk memperbaiki atap gubuk. Ini menciptakan rasa kedekatan dengan alam dan aktivitas sehari-hari di desa.

Ekonomi Pedesaan: Puisi ini juga mencerminkan realitas ekonomi pedesaan, seperti saudara yang memiliki sawah yang masih tergadai. Ini menunjukkan tantangan ekonomi yang dihadapi oleh banyak penduduk desa.

Secara keseluruhan, "Percakapan di Satu Desa" adalah puisi yang sederhana namun kaya akan detail-detail kehidupan pedesaan. Puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti pertemanan, budaya desa, dan ekonomi pedesaan, serta memberikan gambaran tentang kehidupan sehari-hari di desa.

Puisi D. Zawawi Imron
Puisi: Percakapan di Satu Desa
Karya: D. Zawawi Imron

Biodata D. Zawawi Imron:
  • D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.