Puisi: Terkenang Topeng Cirebon (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Terkenang Topeng Cirebon" karya Ajip Rosidi membawa pembaca ke dalam refleksi tentang perjalanan hidup, pencarian identitas, dan keindahan ...
Terkenang Topeng Cirebon

Di atas gunung batu manusia membangun tugu
Kota yang gelisah mencari, Seoul yang baru, perkasa
Dengan etalase kaca, lampu-lampu berwarna, jiwanya ragu
Tak acuh tahu, menggapai-gapai dalam udara hampa.

Kulihat bangsa yang terombang-ambing antara dua dunia
Bagaikan tercermin diriku sendiri di sana!
Mengejar-ngejar gairah bayangan hari esok
Memimpikan masa-silam yang terasa kian lama kian elok!

Waktu menonton tari topeng di Istana Musim Panas
Aku terkenang betapa indah topeng Cirebon dari Kalianyar!
Dan waktu kusimakkan musik Tang-ak, tubuhku tersandar lemas
Betapa indah gamelan Bali dan Degung Sunda. Bagaikan terdengar!

Kian jauh aku pergi, kian banyak kulihat
Kian tinggi kuhargai milik sendiri yang tersia-sia tak dirawat.

1970

Sumber: Ular dan Kabut (1973)

Analisis Puisi:
Puisi "Terkenang Topeng Cirebon" karya Ajip Rosidi membawa pembaca ke dalam refleksi tentang perjalanan hidup, pencarian identitas, dan keindahan budaya.

Perjalanan Hidup dan Pencarian Identitas: Puisi ini dibuka dengan gambaran tentang manusia yang membangun tugu di atas gunung batu. Ini bisa diartikan sebagai simbol perjalanan hidup dan pencarian identitas dalam kegelisahan kota modern seperti Seoul. Penyair merenungkan kegelisahan manusia yang mencari "Seoul yang baru" dan menggambarkan ketidakpastian jiwa yang tercermin dalam etalase kaca.

Gelombang Antara Dua Dunia: Penyair menciptakan gambaran tentang bangsa yang terombang-ambing antara dua dunia. Ini mungkin merujuk pada pergeseran nilai dan identitas dalam masyarakat modern yang berubah dengan cepat. Kesamaan ini ditarik oleh penyair untuk merefleksikan perasaannya sendiri.

Nostalgia terhadap Budaya Lokal: Penyair merenungkan keindahan budaya lokal, khususnya topeng Cirebon. Melalui pengalaman menonton tari topeng di Istana Musim Panas, penyair membawa pembaca pada perjalanan melintasi waktu dan tempat. Puisi ini menciptakan ruang untuk kekaguman dan keindahan dalam seni tradisional yang kadang-kadang terlupakan.

Pencarian Makna di Antara Bayangan: Dalam upaya pencarian makna hidup, penyair menciptakan gambaran tentang "Mengejar-ngejar gairah bayangan hari esok." Ini mungkin mencerminkan perjalanan pencarian makna dan tujuan hidup, di mana seseorang terus mengejar sesuatu yang mungkin tidak dapat sepenuhnya dicapai.

Keindahan Gamelan dan Musik Tradisional: Penyair merenungkan keindahan musik tradisional Indonesia seperti gamelan Bali dan Degung Sunda. Dalam ekspresi "tubuhku tersandar lemas," terdapat kekaguman terhadap keindahan musik yang dapat membuat seseorang terhanyut dan merenung.

Pemuliaan Budaya Sendiri: Penyair menyimpulkan dengan pernyataan tentang menghargai milik sendiri yang "tersia-sia tak dirawat." Ini mungkin mencerminkan pentingnya memelihara dan memuliakan budaya sendiri di tengah pesatnya perubahan dunia modern.

Puisi "Terkenang Topeng Cirebon" adalah sebuah karya yang mengajak pembaca untuk merenung tentang perjalanan hidup, pencarian identitas, dan keindahan budaya lokal. Dengan memadukan elemen-elemen ini, Ajip Rosidi menciptakan puisi yang menciptakan ruang bagi pembaca untuk merenungkan dan menghargai kekayaan budaya yang terkadang terlupakan di tengah arus modernisasi.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Terkenang Topeng Cirebon
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.