Puisi: Tinggallah (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Tinggallah" karya Amir Hamzah menggambarkan pemisahan, kerinduan, dan penghargaan yang mendalam terhadap ibu dan tradisi keluarga.
Tinggallah


Tinggallah tuan, tinggalah bunda
tahan airku Sumatera raya
anakda berangkat ke pulau Jawa
memunggut bunga suntingan kepala.

Pantai cermin rumu melambai
selamat tinggal pada anakda
rasakan ibu serta handai
mengantarkan beta ke pengkalan kita.

Telah lenyap pokok segala
bundaku tuan duduk berselimut
di balik cindai awan angkasa
jauh hatipun konon datang meliput.

Selat Melaka ombaknya memecah
memukul kapal pembawa beta
rasakan swara yang maha ramah
melengahkan anakda janganlah duka.

Layang-layang terbang berlomba-lumba
akan ibu penambah mulya.
Menuju pulau kejunjung tinggi
dalam hatiku kujadikan duka
menyampaikan pesan kataan hati.

Selamat tinggal bundaku perca
panjang umur kita bersua
gubahan cembaka anakda bawa
jadikan gelang di kaki bunda.

Gelang cempaka pujaan dewa
anakda petik di tanah Jawa
akan bunda penambah cahaya.


Sumber: Buah Rindu (1941)

Analisis Puisi:
Puisi "Tinggallah" karya Amir Hamzah adalah ungkapan perasaan dan harapan seorang anak yang berpisah dengan ibu dan tanah airnya. Puisi ini penuh dengan nuansa emosi dan kecintaan pada kedua elemen tersebut.

Tema Pemisahan dan Kerinduan: Tema utama dalam puisi ini adalah pemisahan antara anak dan ibu, serta kerinduan yang mendalam. Penyair menggambarkan perpisahan yang terasa penuh emosi dan melukai hati. Kerinduan yang kuat terhadap ibu dan tanah airnya tercermin dalam setiap bait puisi.

Penggambaran Perpisahan: Puisi ini menggambarkan perpisahan yang penuh simbolisme. Anak pergi menuju pulau Jawa, sedangkan ibu tinggal di Sumatera Raya. Pantai menjadi simbol perpisahan, dan penulis menggambarkan betapa berat hati anak meninggalkan ibu dan tanah airnya.

Simbolisme Bunga Cempaka: Bunga cempaka muncul sebagai simbol kesetiaan, penghormatan, dan cinta anak terhadap ibunya. Penyair membayangkan bahwa anak membawa bunga cempaka sebagai hadiah untuk ibunya, dan ini menggambarkan cinta yang tulus dan penghargaan yang mendalam terhadap ibu.

Nilai-Nilai Keluarga dan Tradisi: Puisi ini mengandung nilai-nilai keluarga dan tradisi yang kuat. Penyair menunjukkan betapa pentingnya ikatan keluarga dan bagaimana perpisahan membawa kesedihan dan kerinduan mendalam. Tradisi memberikan kenyamanan dan warisan yang dihargai oleh anak dalam puisi ini.

Bahasa yang Romantis: Penyair menggunakan bahasa yang sangat romantis untuk menggambarkan perasaan anak terhadap ibunya. Pilihan kata-kata seperti "layang-layang terbang berlomba-lomba" dan "gelang cempaka pujaan dewa" memberikan nuansa keindahan dan cinta yang mendalam dalam puisi ini.

Puisi "Tinggallah" adalah ungkapan perasaan anak yang berpisah dengan ibunya dan tanah airnya. Puisi ini menggambarkan pemisahan, kerinduan, dan penghargaan yang mendalam terhadap ibu dan tradisi keluarga. Simbolisme bunga cempaka dan bahasa yang romantis menjadikan puisi ini sangat menggugah emosi dan mengingatkan kita akan pentingnya ikatan keluarga dan tanah air.

Amir Hamzah
Puisi: Tinggallah
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.