Puisi: Aku Setelah Aku (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Aku Setelah Aku" menggambarkan perjalanan introspektif dan pencarian identitas seorang individu dalam menghadapi kompleksitas kehidupan.
Aku Setelah Aku
(:eyelight)

Aku berdiri sebagai reruntuhan, atau, mungkin sebagai
 reruntuhan yang duduk di depan monitor kesunyian. Gelombang-
gelombang memori masih bergerak, seperti mesin scanner yang
 
mondar-mandir di atas keningku. Batas kematianku dan batas
 
kecantikanmu, membuat tikungan yang pernah dilalui para
 
petapa. Aku masih reruntuhan dalam pelukanmu. Batu-batu
 
bergema dalam puing-puingnya. Menuntunku dari yang jatuh.
 
Berenang, dalam yang tenggelam. Menghidupkan gamelan mati
 
di mataku.

Ketukan-ketukan kecil, putaran di kening, lembah-lembah yang
 belum pernah kulihat. Aku berdiri melihat garis bibirmu dari
 
matamu, garis yang dilalui sebuah truk. Seorang perempuan
 
menyetirnya dengan lengan kirinya yang patah. Ia gulingkan
 
cermin-cermin busuk ke dalam kaca: aku pada batas-batas
 
berakhirnya aku. Perempuan yang kecantikannya melumpuhkan
 
batas-batas militer. Parit-parit bekas peperangan, membuat mata
 
rantai baru ke telaga. Bebaskanlah aku, bebaskanlah aku dari
 
kultur yang menawan kebinatanganku.

Ia bergerak, kejutan-kejutan pendek dari setiap bayangan puisi.
 Garis pantai lurus dari matanya, semakin lurus dalam horizon
 
keheningan: batas setelah manusia menyerahkan dirinya kembali
 
sebagai binatang. Perempuan yang kecantikannya menyihirku
 
sebagai lelaki setelah lelaki, sebagai aku setelah aku. Kecantikan
 
yang mengisi kembali botol-botol kosong dalam puisi, setelah
 
kekejaman di luar tutup botol.

Aku ambil kembali manyatku dari lidahnya. Perempuan yang
 kecantikannya terus menerus merajut pecahan-pecahan kaca. Aku tak
 percaya, tubuh penuh jahitan setelah aku di depanku.
 Perempuan yang kecantikannya membangun sebuah hutan di
 mataku, siang-malam, mengisinya dengan binatang-binatang
 kecil, pagar jiwa dalam cincin yang mengusir kehancuran makna.
 Gua bagi pemuja tubuh dan burung-burung dalam kicauannya. 
Di dalam sarangnya, aku dan waktu menjadi purba.

Sumber: Kompas (Minggu, 3 Februari 2013)

Analisis Puisi:

Puisi "Aku Setelah Aku" karya Afrizal Malna adalah sebuah karya yang kompleks dan mendalam, yang menggambarkan perjalanan introspektif seorang individu yang merenungkan identitas, hubungan, dan pencarian makna dalam kehidupannya.

Introspeksi dan Identitas: Puisi ini menciptakan gambaran seorang individu yang tengah menghadapi perubahan dan pencarian diri. Penyair mengeksplorasi konsep identitas secara mendalam, dengan menyajikan gambaran seorang yang merasa sebagai "reruntuhan" dan terjebak dalam perenungan diri. Pencarian identitas ini tercermin dalam metafora reruntuhan yang menggambarkan kerentanan dan ketidakpastian.

Gaya Bahasa Metaforis: Afrizal Malna menggunakan gaya bahasa yang metaforis dan simbolis untuk menyampaikan pesan puisinya. Metafora seperti "reruntuhan" dan "mesin scanner" digunakan untuk menggambarkan keadaan batin yang rumit dan penuh dengan ingatan yang bergerak. Penggunaan bahasa yang kaya akan imaji membantu menciptakan gambaran yang kuat dan mendalam.

Pencarian Makna: Puisi ini menggambarkan pencarian makna dalam kehidupan, yang terwakili dalam hubungan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya. Penyair menyoroti konsep kecantikan sebagai sesuatu yang mengisi kekosongan dan menghadirkan keajaiban dalam kehidupan. Namun, kecantikan juga bisa menjadi penjara yang menawan, membatasi kebebasan dan keautentikan individu.

Pesan tentang Kebebasan dan Kebenaran Diri: Afrizal Malna mengajak pembaca untuk merenungkan tentang konsep kebebasan dan kebenaran diri. Puisi ini menyoroti pentingnya untuk membebaskan diri dari norma-norma sosial dan ekspektasi yang mengikat, serta untuk menggali kebenaran dan makna yang sejati dalam diri sendiri.

Dengan demikian, puisi "Aku Setelah Aku" adalah sebuah puisi yang menggambarkan perjalanan introspektif dan pencarian identitas seorang individu dalam menghadapi kompleksitas kehidupan. Melalui gaya bahasa yang kaya akan imaji dan metafora, penyair berhasil mengungkapkan pesan yang mendalam tentang kebebasan, kebenaran diri, dan makna dalam kehidupan.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Aku Setelah Aku
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.