Puisi: Maret (Karya Beni Setia)

Puisi "Maret" karya Beni Setia mengundang pembaca untuk merenungkan makna manusia, alam, persatuan, dan identitas dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Maret 2009

"Berikan suaramu, kepadaku," teriak iring-iringan
- orang itu. Yang potret senyumnya dipakukan di
batang-batang pohon sepanjang jalan, yang warna
bajunya serupa penjor dan bendera sepanjang jalan
tapi bagaimana bisa memberikan suara kepadanya
bila di tengah hari dengan sengaja memaku batang
tapi bagaimana bisa memilih yang tak dikenal bila
hanya lewat dengan menunjukkan kaus warna bendera?

"Mereka serupa hujan," kata reranting garing, "hanya
turun dari langit dan meminta dikembalikan ke langit"

"Kita tidak mengenalnya," kata aspal yang terkelupas
- menyerukan persatuan sambil memaku luka di dada.

2009

Analisis Puisi:

Puisi "Maret" karya Beni Setia adalah sebuah karya yang mengundang pembaca untuk merenungkan makna dan implikasi dari berbagai simbol dan adegan yang disajikan.

Metafora Orang dan Alam: Dalam puisi ini, orang-orang digambarkan sebagai simbol alam, seperti hujan yang turun dari langit. Hal ini menciptakan perbandingan yang kuat antara manusia dan alam, menekankan pada sifat universal dan sementara dari keberadaan manusia.

Pemilihan Kata: Penyair menggunakan kata-kata yang kuat dan gambaran yang intens untuk mengekspresikan perasaan dan ide yang terkandung dalam puisi. Misalnya, kata-kata seperti "memaku batang" dan "memaku luka di dada" memberikan kesan kekerasan dan penderitaan yang mendalam.

Kontras Warna dan Suara: Penyair mengeksplorasi kontras antara warna dan suara sebagai simbol kesenjangan dan ketidaksesuaian. Orang-orang memakai warna yang sama dengan bendera, tetapi suara mereka tidak terdengar atau diakui. Hal ini menyoroti ketidakadilan dan kesulitan dalam berkomunikasi atau diakui dalam masyarakat.

Tema Persatuan dan Identitas: Puisi ini menyentuh tema persatuan dan identitas, dengan menunjukkan keinginan untuk bersatu meskipun ada perbedaan dan kesulitan yang dihadapi. Namun, penyair juga menyoroti bahwa persatuan seringkali terjadi melalui penderitaan atau pengorbanan.

Misteri dan Tanya: Puisi ini meninggalkan banyak ruang untuk interpretasi dan pertanyaan. Penyair tidak memberikan jawaban yang jelas atau penjelasan tentang adegan yang digambarkan, sehingga memungkinkan pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam sesuai dengan pengalaman dan perspektif mereka sendiri.

Dengan demikian, puisi "Maret" adalah sebuah puisi yang kompleks dan mendalam yang mengundang pembaca untuk merenungkan makna manusia, alam, persatuan, dan identitas dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Beni Setia
Puisi: Maret
Karya: Beni Setia

Biodata Beni Setia:
  • Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.