Puisi: Mandi Demokrasi (Karya Acep Syahril)

Puisi "Mandi Demokrasi" karya Acep Syahril menggambarkan latar belakang dan realitas kehidupan di suatu tempat di Gunung Kidul. Dalam puisi ini, ....
Mandi Demokrasi


Di panggang gunung kidul ini ada sebuah jurang batu
luweng kera namanya luweng itu tempat pembantaian
dan pembuangan orang-orang Partai Komunis Indonesia
termasuk saudara-saudara bapak dan saudara ibu
temanku yang dituduh terlibat dan sekarang dia
bersama bapak ibunya tinggal di desa ini dagang sembako
setiap sore kami mandi bareng dengan warga lainnya
di telaga gandu yang butek airnya laki perempuan
anak-anak orang dewasa orang tua sapi kambing dan
anjing tak ketinggalan kami mandi demokrasi di sini.

Sementara mahasiswa-mahasiswi yang KKN memilih mandi
di petoyan yang airnya jernih sejernih kulit mereka
dan sok belajar makan thiwul tapi karena tak biasa
perut mereka terasa panas lalu diam-diam mereka jajan
tongseng Kang Sadi
melihat cara mandi dan menu makan kami mereka hanya
geleng-geleng kepala padahal sejak lama kami telah menikmatinya
untuk itu jangan beri kami solusi kalau
hanya dalam bentuk skripsi apalagi kalau skripsi-nya
dapat beli.

Di panggang gunung kidul ini banyak orang kota datang
dengan gaya borjuasi mereka 'nginap di rumah Pak Camat
kadang anak-anak melempar pandang penuh keheranan
dan mereka membalas dengan bangga serta senyuman
malamnya kami disuruh kumpul mendengarkan obrolan
politik sambil makan ubi jalar yang tumbuh subur
di atas gundukan tanah kuburan mereka bilang rasanya
renyah serenyah hidup kami yang mandi demokrasi.


Analisis Puisi:
Puisi "Mandi Demokrasi" karya Acep Syahril menggambarkan latar belakang dan realitas kehidupan di suatu tempat di Gunung Kidul. Dalam puisi ini, penyair mengeksplorasi tema-tema sosial dan politik seperti sejarah pembantaian PKI (Partai Komunis Indonesia), kehidupan sehari-hari, dan perbedaan pandangan mengenai demokrasi. Berikut adalah analisis dari puisi ini:

Latar Belakang Sejarah: Puisi ini menggambarkan keberadaan jurang batu "luweng kera" sebagai tempat pembantaian dan pembuangan orang-orang PKI. Penyair menyebutkan bahwa teman-teman dekatnya dituduh terlibat dalam peristiwa ini dan sekarang tinggal di desa tersebut dengan aktivitas sehari-hari yang biasa, seperti berdagang sembako.

Harmoni dalam Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini juga menunjukkan bagaimana warga desa berbagai kalangan dan hewan-hewan hidup berdampingan. Mereka semua mandi bareng di telaga gandu yang airnya tidak selektif terhadap jenis kelamin atau hewan. Pemandangan ini mencerminkan harmoni dan kerukunan di tengah perbedaan.

Perbedaan Pemahaman tentang Demokrasi: Penyair menyajikan perbedaan pemahaman tentang demokrasi melalui perbandingan antara warga desa dan mahasiswa-mahasiswi yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Warga desa merasa telah "mandi demokrasi" dan menikmati hidup mereka dengan sederhana, sementara mahasiswa yang terlihat borjuis dan bergaya hidup kota tampak jauh dari pandangan warga desa. Ini menyoroti perbedaan perspektif mengenai makna dan pengalaman demokrasi.

Kritik terhadap Solusi dan Skripsi: Penyair menyindir cara mahasiswa mencari solusi dan menghadapi realitas desa. Ia menyiratkan bahwa solusi yang disajikan oleh skripsi cenderung hanya menjadi "beli" atau sekadar pandangan dari kacamata akademis, tanpa benar-benar memahami realitas dan kehidupan masyarakat desa.

Makna Mendalam dalam Kehidupan: Puisi ini menyoroti bahwa kehidupan sehari-hari dan pengalaman nyata merupakan bagian penting dari pemahaman tentang demokrasi. Makna sejati dari demokrasi dapat ditemukan dalam cara warga desa berinteraksi, hidup berdampingan tanpa memandang perbedaan, dan menikmati sederhana namun berarti.

Puisi "Mandi Demokrasi" oleh Acep Syahril adalah ungkapan sosial dan politik yang mencerminkan realitas kehidupan di Gunung Kidul. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan harmoni dan kehidupan sehari-hari masyarakat desa yang telah melewati masa-masa sulit di masa lalu. Puisi ini juga mengajak kita merenungkan perbedaan pemahaman tentang demokrasi dan menyoroti pentingnya memahami dan meresapi kehidupan sebenarnya dalam memaknai demokrasi yang sesungguhnya.

Puisi: Mandi Demokrasi
Puisi: Mandi Demokrasi
Karya: Acep Syahril
© Sepenuhnya. All rights reserved.