Kepada Perempuan Gisik
Ketika legenda tak lagi
cerita santun di dusun-dusun
panggil badai meruntuhkannya.
Ketika mata lensa tak lagi
memberinya mahkota tapi garis paha
panggil gempa untuk menimbuninya.
Karena dia ibu segala ibu
karena dia penyerang Melaka Portugis
tutunya tombak hasratnya mimis
lalu dunia kita yang amis
melumuri boreh birahi
hilangkan citra sejati
pualam tertutup legenda buram
hanya perempuan gisik hati akik
membesut titik keris
membalut luka linggis.
Bogor, Mei 1992
Puisi: Kepada Perempuan Gisik
Karya: Diah Hadaning