Puisi: Mengawan (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Mengawan" karya Amir Hamzah menggambarkan perasaan dan pengalaman seseorang yang sedang merenungkan tentang hidup, waktu, dan cinta.
Mengawan


Rengang aku dari padaku, mengikut kawalku mengawan naik.
Mewajah ke bawah, terlentang aku, lemah lunak,
Kotor terhampar, paduan benda empat perkara.
Datang pikiran membentang kenang,
Membunga cahaya cuaca lampau,
Menjadi terang mengilau kaca.
Lewat lambat aku dan dia, ria tertawa, bersedih suka,
Berkasih pedih, bagai merpati bersambut mulut.
Tersenyum sukma, kasihan serta.
Benda mencintai benda ...
Naik aku mengawan Rahman, mengikut kawalku membawa warta.
Kuat, sayapku kuat, bawakan aku, biar sampai membidai-belai
Celah tersentuh, di kursi kesturi.

Sumber: Nyanyi Sunyi (1937)

Analisis Puisi:
Puisi "Mengawan" karya Amir Hamzah menggambarkan perasaan dan pengalaman seseorang yang sedang merenungkan tentang hidup, waktu, dan cinta. Puisi ini mengajak pembaca masuk ke dalam perenungan yang mendalam melalui gambaran-gambaran yang puitis dan simbolis.

Perenungan tentang Waktu dan Kenangan: Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang seseorang yang terlentang, merenung dan mengikuti arus waktu ("Mengikut kawalku mengawan naik"). Penggunaan kata "kawal" dan "mengawan" menggambarkan perjalanan hidup yang tak terelakkan dan perenungan akan kenangan-kenangan yang telah terjadi.

Simbolisme Cahaya dan Cuaca: Amir Hamzah menggunakan gambaran cahaya cuaca lampau yang mekar untuk menggambarkan kilauan kenangan yang masih terang dan hidup dalam pikiran. Ini mencerminkan bagaimana kenangan masa lalu tetap mengilau dan memengaruhi persepsi kita terhadap kenyataan.

Gambaran Perjalanan Emosional: Puisi ini menggambarkan perjalanan emosional yang kompleks. Ada momen suka dan duka, tawa dan tangis, serta kasih dan pedih. Simbolisme merpati bersambut mulut menciptakan gambaran kebersamaan dan pertemuan jiwa yang intim.

Simbolisme Kursi Kesturi: Pada akhir puisi, terdapat referensi terhadap "kursi kesturi." Kesturi merupakan bahan yang harum dan berharga. Penggunaan kursi kesturi di sini bisa dimaknai sebagai tempat atau keadaan yang suci dan berharga, mungkin merujuk pada suatu tempat perenungan atau hubungan yang mendalam.

Perpaduan Alam dan Manusia: Puisi ini menciptakan perpaduan antara alam dan manusia, di mana perenungan dan perjalanan emosional diilustrasikan melalui simbol alam, seperti cahaya, cuaca, dan burung merpati. Alam menjadi bagian penting dalam menggambarkan perasaan dan pengalaman manusia.

Puisi "Mengawan" karya Amir Hamzah adalah karya sastra yang mendalam dan puitis, menggambarkan perenungan tentang hidup, waktu, dan cinta. Melalui gambaran-gambaran simbolis dan penggunaan bahasa yang indah, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti dan perjalanan emosional dalam kehidupan manusia.

Tengku Amir Hamzah
Puisi: Mengawan
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.