Puisi: Candra (Karya Sanusi Pane)

Puisi "Candra" karya Sanusi Pane menggambarkan keindahan dan keanggunan malam melalui penggambaran Dewa Candra. Dengan pilihan kata-kata yang ....
Candra


Badan yang kuning-muda sebagai kencana,
Berdiri lurus di atas reta bercaya,
Dewa Candra keluar dari istananya
Termenung menuju Barat jauh di sana.

Panji berkibar di tangan kanan, tangan kiri
Memimpin kuda yang bernapaskan nyala;
Begitu dewa melalui cakrawala,
Menabur-naburkan perak ke bawah sini.

Bisikan malam bertiup seluruh bumi,
Sebagai lagu-merawan buluh perindu,
Gemetar-beralun rasa meninggikan sunyi.

Bumi bermimpi dan ia mengeluh di dalam
Mimpinya, karena ingin bertambah rindu,
Karena rindu dipeluk sang Ratu Malam.


Sumber: Madah Kelana (1931)

Analisis Puisi:
Puisi "Candra" karya Sanusi Pane adalah karya yang mempersembahkan gambaran indah tentang pemandangan malam yang diwujudkan dalam keindahan Dewa Candra. Melalui penggambaran mitologis dan penggunaan bahasa yang indah, penyair menciptakan atmosfer romantis dan puitis.

Gambaran Dewa Candra: Dewa Candra digambarkan sebagai badan yang "kuning-muda sebagai kencana," memberikan kesan kemegahan dan keanggunan. Penyair menyampaikan keindahan dewa ini dengan kata-kata yang menggambarkan kecantikan dan ketenangan, seolah-olah ia adalah benda yang dihargai dan disucikan.

Perjalanan Dewa Candra: Puisi membawa pembaca dalam perjalanan Dewa Candra yang keluar dari istananya dan termenung menuju Barat yang jauh. Ini menciptakan citra perjalanan spiritual atau penuh makna, di mana Dewa Candra adalah pemandu yang membawa pesan atau kebijaksanaan ke tempat yang lebih tinggi.

Simbolisme Panji dan Kuda: Simbolisme panji yang berkibar di tangan kanan dan kuda yang dipimpin oleh tangan kiri menciptakan citra kekuasaan dan keseimbangan. Panji mungkin melambangkan keagungan dan kewibawaan Dewa Candra, sedangkan kuda dapat diartikan sebagai kekuatan yang dikuasai dan dikendalikan oleh dewa.

Hujan Perak dan Malam yang Bertiup: Dewa Candra "menabur-naburkan perak ke bawah sini," memberikan gambaran tentang hujan perak yang turun dari langit, menciptakan suasana magis dan indah. Bisikan malam yang bertiup seluruh bumi menjadi gambaran suara alam yang memukau, merangkul suasana malam dan menambahkan keanggunan pada pemandangan.

Suasana Romantis dan Puitis: Puisi ini menciptakan suasana romantis dan puitis melalui penggambaran malam yang dihiasi dengan gemuruh perindu dan rasa yang meninggikan sunyi. Kata-kata yang dipilih oleh penyair, seperti "lagu-merawan buluh perindu" dan "gemetar-beralun rasa," membentuk aliran kata yang mengalir dengan keindahan dan kelembutan.

Mimpi Bumi dan Rindu pada Ratu Malam: Penutup puisi menghadirkan citra bumi yang bermimpi dan mengeluh karena ingin "bertambah rindu" dan "dipeluk sang Ratu Malam." Ini menciptakan gambaran keintiman antara bumi dan malam, mencerminkan hasrat dan keinginan bumi yang mendalam akan kelembutan malam.

Puisi "Candra" karya Sanusi Pane adalah karya puitis yang menggambarkan keindahan dan keanggunan malam melalui penggambaran Dewa Candra. Dengan pilihan kata-kata yang indah dan simbolisme yang mendalam, penyair berhasil menciptakan citra puitis tentang malam yang dihiasi dengan kelembutan dan keindahan alam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kecantikan alam dan hubungan antara langit dan bumi dalam konteks mitologis yang dipenuhi kelembutan dan keindahan.

Sanusi Pane
Puisi: Candra
Karya: Sanusi Pane

Biodata Sanusi Pane:
  • Sanusi Pane lahir pada tanggal 1 Agustus 1905 di Sungai Puar, Sumatra Barat, Indonesia.
  • Ia adalah seorang sastrawan, politisi, dan intelektual Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia pada pertengahan abad ke-20.
  • Sanusi Pane meninggal dunia pada tanggal 2 April 1968 2 Januari 1968 (pada usia 62) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.