Puisi: Padang Pasir (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Padang Pasir" mengajak pembaca untuk merenung tentang perjalanan pencarian identitas dan keberadaan dalam kehidupan yang kompleks. Puisi ini ..
Padang Pasir (1)


Mengapa menggigil tiba-tiba?
Kau berhenti di lampu merah
waktu gadis kecil itu bernyanyi
di balik jendela mobilmu.

suaranya seperti yang kaubayangkan
ketika menempuh padang pasir itu
dan mendengar: di padang pasir
tidak ada larangan memakan pasir

tetapi pernahkah kau menempuh padang pasir
seperti kau sekarang ini mendengar
nyanyian gadis kecil itu? Pernahkah kau merasa
terkunci dalam sebutir sel darahmu?

Ketika lampu itu hijau kau seperti tak peduli
bahwa baik mendengarkan setiap nyanyian
bahwa tidak usah saja membayangkan
padang pasir - di kota yang hampir tenggelam.


Padang Pasir (2)


Memang harus ada yang dipadamkan,
katamu. Sepanjang jalan permainan neon
dan warna - dan kata. Dan gambar perempuan
seperti menutupi langit malam

menggodamu ke suatu tempat
yang kausembunyikan di dalam otakmu.
Tapi kau berkata tentang apa sebenarnya?
Kaubalas sendiri pertanyaanmu itu.


Padang Pasir (3)


Kau lupa mencatat alamat itu; tengah malam
berhenti di ujung gang menerka-nerka
mungkin memang tidak perlu mencatat
alamat itu - toh tidak pernah ada, pikirmu

apakah memang benar kau tidak harus mencari
alamat itu? Pada suatu saat toh harus
menemui seseorang yang dulu pernah kaukenal
atau yang tak pernah kaubayangkan ada

di ujung gang kau memandang lurus
jalan yang basah bekas hujan sore tadi;
rasanya pernah kaukenal satu-dua bayang-bayang
daun yang berpusing jatuh ke bumi

apakah kau memang tidak perlu mencari alamat itu
dan sekedar begitu saja berada di situ? Tidak ingin bertemu
dengan seseorang yang tak habis-habisnya
menyiasatimu, di padang pasir itu?


Sumber: Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro? (2017)

Analisis Puisi:
Puisi "Padang Pasir" karya Sapardi Djoko Damono mengajak pembaca untuk merenung tentang pencarian identitas dan keberadaan dalam kehidupan yang kompleks dan penuh tantangan. Dalam puisi ini, penyair menggunakan gambaran padang pasir sebagai metafora untuk menggambarkan perjalanan eksistensial seseorang.

Pada bagian pertama puisi, penyair menghadirkan suara seorang gadis kecil yang bernyanyi di balik jendela mobil. Suara gadis kecil tersebut membangkitkan perasaan gugup dan menggigil pada tokoh dalam puisi. Penyair mempertanyakan apakah tokoh tersebut pernah merasakan pengalaman yang mendalam dan penuh tantangan, seperti menempuh padang pasir, ataukah dia hanya terkunci dalam kehidupan sehari-hari yang terasa monoton. Perjumpaan dengan nyanyian gadis kecil tersebut menggugah kesadaran akan kehidupan yang lebih dalam dan menantang.

Pada bagian kedua, penyair menggambarkan keinginan untuk memadamkan beberapa hal dalam kehidupan yang serba terang, bermain dengan kata-kata dan gambar-gambar yang menutupi kenyataan. Tokoh dalam puisi merenung tentang apa yang sebenarnya ingin dikatakannya dan bagaimana keberadaannya terjebak dalam permainan visual dan kata-kata yang tidak selalu jujur.

Bagian ketiga menghadirkan momen berhenti di ujung gang di tengah malam, di mana tokoh dalam puisi merenungkan tentang pentingnya mencari alamat yang hilang. Penyair mengeksplorasi konsep pencarian identitas dan keberadaan yang mungkin tidak hanya berkaitan dengan lokasi fisik, tetapi juga dengan pencarian diri yang lebih dalam. Tokoh merenungkan apakah dia perlu mencari alamat itu atau cukup berada di tempat yang sedang dia tinggali saat ini. Namun, keraguan tetap ada, apakah dia ingin bertemu dengan seseorang yang mungkin akan menguji dan mengeksplorasi jiwanya di padang pasir kehidupan.

Secara keseluruhan, puisi "Padang Pasir" mengajak pembaca untuk merenung tentang perjalanan pencarian identitas dan keberadaan dalam kehidupan yang kompleks. Puisi ini menggambarkan keraguan, tantangan, dan harapan dalam mencari jati diri dan arti sejati kehidupan. Dengan menggunakan gambaran padang pasir sebagai simbolisasi perjalanan eksistensial, Sapardi Djoko Damono mengajak kita untuk refleksi diri dan menggali makna yang lebih dalam di tengah dinamika kehidupan sehari-hari.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Padang Pasir
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.