Puisi: Ciuman Pertama untuk Tuhan (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Ciuman Pertama untuk Tuhan" karya Ahmadun Yosi Herfanda memadukan elemen-elemen spiritual dengan perasaan mendalam dari seorang ....
Ciuman Pertama untuk Tuhan


Merendehkan diri di bawah telapak kaki
dalam tahajud paling putih dan sunyi, akhirnya
sampai juga aku mencium Tuhan. Mungkin Kaki atau Telapak
Tangan-Nya - tapi aku lebih ingin mengecup dahi-Nya
Duhai, hangatnya sampai ke ulu jiwa.

Inilah ciuman pertamaku, setelah berabad-abad
gagal meraihnya dengan beribu rakaat dan dahaga
Tiada kecerdasan kata-kata yang bisa menjangkaunya.

Tak juga doa dalam tipu daya air mata - Duhai Kekasih,
raihlah jiwaku dalam hangatnya Cinta.

Bertahun-tahun aku merindu, bagai Rabiah
tiada lain kecuali merindu Engkau. Duhai Kekasih,
tenggelamkan kini aku ke dalam cahaya-Mu.


Jakarta, Agustus 2003

Analisis Puisi:
Puisi "Ciuman Pertama untuk Tuhan" karya Ahmadun Yosi Herfanda adalah sebuah karya yang menggambarkan pengalaman spiritual seseorang dalam mencapai keintiman dengan Tuhan. Puisi ini menciptakan suasana kerinduan dan perasaan mendalam yang ada dalam hubungan manusia dengan Yang Maha Kuasa.

Keintiman dengan Tuhan: Puisi ini membuka dengan penyair yang merendahkan diri di bawah telapak kaki Tuhan, dalam "tahajud paling putih dan sunyi," yang adalah salah satu waktu shalat malam dalam Islam. Hal ini menciptakan gambaran kuat tentang keintiman dan kerendahan hati dalam pencarian hubungan spiritual dengan Tuhan.

Simbolisme Ciuman: Penggunaan ciuman sebagai simbol keintiman dengan Tuhan adalah sangat kuat. Pemilihan simbol ini memberikan perasaan kerinduan dan rasa dekat yang sangat mendalam. Ketika penyair mencium kaki atau telapak tangan Tuhan, ini bukanlah tindakan fisik, tetapi simbolik, yang mengekspresikan hasrat yang mendalam untuk bersatu dengan Yang Maha Kuasa.

Makna Perjalanan Spiritual: Puisi ini menggambarkan perjalanan spiritual yang panjang dan penuh usaha. Penyair mencatat bahwa telah berabad-abad ia mencari keintiman dengan Tuhan melalui ibadah, doa, dan kesucian. Namun, keintiman sejati dengan Tuhan tidak dapat dicapai dengan hanya kata-kata atau ritual, tetapi melalui pengalaman pribadi yang mendalam dan rasa kerinduan yang kuat.

Kehangatan dan Cinta: Penggunaan kata-kata seperti "hangatnya sampai ke ulu jiwa" dan "raihlah jiwaku dalam hangatnya Cinta" menciptakan gambaran tentang pengalaman keintiman yang penuh dengan cinta dan kehangatan. Puisi ini mengekspresikan hasrat untuk merasakan cinta Tuhan yang mendalam dan penuh kebaikan.

Puisi "Ciuman Pertama untuk Tuhan" adalah karya yang memadukan elemen-elemen spiritual dengan perasaan mendalam dari seorang individu yang merindukan keintiman dengan Yang Maha Kuasa. Melalui simbolisme ciuman, puisi ini menciptakan gambaran tentang kerinduan spiritual yang mendalam dan perjalanan menuju cinta dan keintiman dengan Tuhan.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Ciuman Pertama untuk Tuhan
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.