Puisi: Babi Merah Jambu (Karya Nirwan Dewanto)

Puisi "Babi Merah Jambu" karya Nirwan Dewanto membingkai konflik internal, kritik sosial, dan pencarian identitas dengan cara yang kompleks dan ...
Babi Merah Jambu
(untuk Agus Suwage)


Barangkali buluku sepantas sutera. tapi sungguh aku enggan bercermin. Sebab pantulanku akan terlihat suci, dan aku tak suka bersaing dengan mereka yang beriman.

Bangun sebelum fajar itu. aku masuk ke dalam sisa tidurmu, menyaru sebagai penghibur berpupur putih lesih dan bermoncong merah jambu dan berhujah betapa kau terlihat bahagia di antara para musuhmu.

Terjaga tiba-tiba, kau mencariku di dekat nyala api dan berharap sebagian rusukku hangus untuk menebalkan rasa laparmu dan menghapus sisa tawamu.

Wahai kau yang selalu memamerkan kaki kijangmu untuk memperbesar jumlah para penyanjungmu. Kakiku lebih sempurna daripada kakimu. meski aku lebih suka menghunjamkan kakiku ke dalam lumpur belaka.

Sudah kubaca riwayat kaumku sampai aku tahu bahwa kami memang bukan pedandan. Ketika kami berpindah ke kota, kaummu menghibahkan pakaian berlimpah ruah kepada kami, namun kami tetap saja gemar mengendus cacing dan umbi-umbian.

Ketika kautikam leherku, dari lubang tusukanmu menjulurlah gaun merah luas, luas tak terhingga. Gaun yang kaupikir serasi dengan tubuhku yang menggelembung menggeletar di bawah matahari.

Ketika aku terguling sempurna, kau sudah lupa betapa subur wajahku, wajah yang berlipat ganda untuk menutupi sosok para pembunuh yang senantiasa mengitarimu.

Kukatakan dengan hati-hati bahwa kau bukan tukang jagal, dan para penyembah berhala akan percuma saja membuat aku sebagai sekutu mereka.

Jiwaku tak terbang ke langit tinggi, tapi menyelam ke lapisan bumi paling dalam, di mana Tuhan akan diam-diam membuka pintu gerbang bagiku.

Di ujung jalan, telingaku tampak sebagai mawar penghabisan. Mawar hitam legam. Mungkin mawar lapar, lapar mengembang sampai hari kiamat nanti. Kau sungguh ingin memetiknya. Tapi jangan.

Bagi umat manusia, tidaklah baik mengagumi kembang gelap gulita, yang pastilah mengganggu doa mereka. Lagi pula aku tidak bermakam, setelah menghiburmu sekadarnya dalam mimpimu yang betapa terang dan sebentar itu.

Kau tak mendengar doaku. Amin.


2009

Sumber: Buli-Buli Lima Kaki (2010)

Analisis Puisi:
Puisi "Babi Merah Jambu" karya Nirwan Dewanto adalah sebuah karya sastra yang menantang dan penuh dengan makna yang mendalam. Puisi ini menghadirkan berbagai lapisan pesan yang berkaitan dengan kritik sosial, pertanyaan identitas, dan konflik internal.

Identitas dan Kebanggaan: Puisi ini dimulai dengan penyair yang merasa enggan untuk bercermin. Penggunaan kata "suci" dan "beriman" menciptakan kontras yang kuat dengan kesadaran diri penyair yang merasa berbeda. Hal ini menciptakan pertanyaan tentang identitas dan harga diri. Penyair tampak enggan untuk bersaing dengan mereka yang dianggap "beriman" dan "suci."

Pertentangan Internal: Puisi ini menggambarkan pertentangan internal penyair. Ia merasa perlu menyamar sebagai "penghibur berpupur putih lesih dan bermoncong merah jambu" untuk memenuhi harapan orang lain. Ini menciptakan gambaran tentang tekanan sosial yang membuat seseorang merasa perlu untuk menyembunyikan identitas sejati mereka dan menyamar agar diterima oleh masyarakat.

Kritik Sosial: Puisi ini juga mengandung elemen kritik sosial. Penyair menciptakan gambaran tentang "mereka yang beriman" sebagai musuh yang menciptakan tekanan dan ekspektasi yang tidak realistis. Ini mencerminkan ketidaksetaraan dalam masyarakat dan bagaimana individu yang dianggap berbeda sering kali dianggap sebagai ancaman oleh mayoritas.

Penolakan Terhadap Label: Penyair menolak untuk diberi label sebagai "tukang jagal" atau sekutu dari "para penyembah berhala." Hal ini menciptakan gambaran tentang keengganannya untuk dikendalikan atau diidentifikasi oleh label-label yang diberikan oleh masyarakat. Ini bisa diartikan sebagai tindakan pemberontakan terhadap norma sosial yang mengikat.

Spiritualitas dan Pencarian Identitas: Puisi ini menggambarkan perjalanan spiritual penyair. Ia menyatakan bahwa jiwanya "menyelam ke lapisan bumi paling dalam" di mana ia merasa lebih dekat dengan Tuhan dan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya sendiri. Ini menciptakan pesan tentang pentingnya pencarian identitas yang lebih dalam melalui spiritualitas dan introspeksi.

Puisi "Babi Merah Jambu" karya Nirwan Dewanto adalah karya yang membingkai konflik internal, kritik sosial, dan pencarian identitas dengan cara yang kompleks dan provokatif. Penyair menantang pembaca untuk merenungkan tentang bagaimana masyarakat seringkali mengharapkan konformitas dengan norma-norma tertentu, dan bagaimana individu yang berbeda seringkali dihadapi dengan tekanan dan ketidakpahaman. Puisi ini juga mengangkat pertanyaan tentang identitas sejati dan nilai-nilai yang lebih dalam yang bisa ditemukan melalui pencarian spiritual.

Nirwan Dewanto
Puisi: Babi Merah Jambu
Karya: Nirwan Dewanto

Biodata Nirwan Dewanto:
  • Nirwan Dewanto lahir pada tanggal 28 September 1961 di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.