Puisi: Padang Hijau (Karya D. Zawawi Imron)

Puisi "Padang Hijau" karya D. Zawawi Imron mengajak pembaca masuk ke dalam pengalaman puitis yang penuh dengan gambaran alam, suasana, dan elemen ...
Padang Hijau


Sejuk pun singgah
memeluk nisan demi nisan
gerimis sore memetik kecapi
maka tebaklah dalam lautan!
perahu-perahu tetap terkapar di pantai.

Diamku membuat air laut tersibak
"Penyair, lewatlah bertongkat sehelai benang!
Bersama Musa dan mereka yang beriman
mencari sarang angin."

Aku serasa terlambat tiba di padang
di gigir langit, selendang-selendang merah
berhinggapan di pundak bukit-bukit sejarah.

Padang hijau berpusar telaga
letaknya di jantung Bunda.


1978

Sumber: Bulan Tertusuk Lalang (1982)

Analisis Puisi:
Puisi "Padang Hijau" karya D. Zawawi Imron mengajak pembaca masuk ke dalam pengalaman puitis yang penuh dengan gambaran alam, suasana, dan elemen-elemen mistis.

Sejuk Pun Singgah, Memeluk Nisan Demi Nisan: Puisi dibuka dengan deskripsi suasana sejuk yang memeluk nisan-nisan, menciptakan gambaran kesejukan fisik dan spiritual. Kemungkinan, ini merupakan simbol perjalanan ke dunia setelah mati atau ruang keagungan yang mendalam.

Gerimis Sore Memetik Kecapi: Gambaran gerimis sore yang memetik kecapi menciptakan atmosfer puitis yang merdu. Ini menggambarkan keindahan alam dan elemen-elemen seni yang beriringan, mungkin menciptakan suasana romantis atau reflektif.

Maka Tebaklah Dalam Lautan!: Pernyataan ini memberi kesan misterius dan mengundang pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam. Lautan sering digunakan sebagai simbol kompleksitas, misteri, dan keabadian.

Perahu-Perahu Tetap Terkapar di Pantai: Gambaran perahu-perahu yang tetap terkapar di pantai bisa menggambarkan keadaan yang terhenti atau perjalanan yang terhambat. Ini mungkin mencerminkan perasaan stagnasi atau kesulitan dalam mencapai tujuan.

Diamku Membuat Air Laut Tersibak: Eksplorasi batin penyair menghasilkan gambaran kuat tentang pengaruh keheningan atau kontemplasi terhadap alam. "Air laut tersibak" bisa diartikan sebagai pemahaman mendalam yang muncul dari refleksi pribadi.

Penyair, Lewatlah Bertongkat Sehelai Benang!: Panggilan kepada penyair untuk lewat dengan tongkat benang menciptakan gambaran yang sarat makna. Mungkin ini adalah simbol kebijaksanaan atau bimbingan yang diberikan oleh sesuatu yang tak terlihat.

Bersama Musa dan Mereka yang Beriman Mencari Sarang Angin: Referensi kepada Musa dan mereka yang beriman membawa unsur religiusitas dan perjalanan spiritual. "Sarang angin" mungkin melambangkan tujuan yang tinggi atau pencerahan.

Aku Serasa Terlambat Tiba di Padang: Ungkapan ini bisa mencerminkan perasaan terlambat dalam mencapai tujuan hidup atau pemahaman spiritual. Padang dapat diartikan sebagai tempat penyelesaian atau kedamaian.

Di Gigir Langit, Selendang-Selendang Merah Berhinggapan: Gambaran langit dan selendang merah memberikan kesan dramatis dan penuh warna. Ini bisa melambangkan keindahan alam dan elemen-elemen mistis yang mengelilingi.

Padang Hijau Berpusar Telaga, Letaknya di Jantung Bunda: Puisi ditutup dengan deskripsi padang hijau yang memiliki makna mendalam, melibatkan simbolisme telaga dan jantung Bunda. Padang hijau dapat diartikan sebagai tempat yang penuh dengan kehidupan dan kesuburan.

Dengan pemilihan kata yang kaya dan gambaran yang mendalam, puisi "Padang Hijau" menciptakan suasana misterius dan merenung yang mengajak pembaca untuk mengeksplorasi makna dan simbolisme yang tersembunyi di dalamnya.

Puisi D. Zawawi Imron
Puisi: Padang Hijau
Karya: D. Zawawi Imron

Biodata D. Zawawi Imron:
  • D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.