Puisi: Panorama Tanah Air (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Panorama Tanah Air" karya Ajip Rosidi memotret realitas sosial dan manusiawi yang kompleks di Tanah Air. Dengan bahasa yang kaya dan ...
Panorama Tanah Air

Di bawah langit yang sama
manusia macam dua: Yang diperah
dan setiap saat mesti rela
mengurbankan nyawa, bagai kerbau
yang kalau sudah tak bisa dipekerjakan, dihalau
ke pembantaian, tak boleh kendati menguak
atau cemeti 'kan mendera;
dibedakan dari para dewa
malaikat pencabut nyawa, yang bertuhan
pada kemewahan dan nafsu
yang bagai lautan: Tak tentu dalam dan luasnya
menderu dan bergelombang
sepanjang masa.

Di atas bumi yang sama
Manusia macam dua: Yang menyediakan tenaga
tak mengenal malam dan siang,
mendaki gunung, menuruni jurang
tak boleh mengenal sakit dan lelah
bagai rerongkong-rerongkong bernyawa selalu digiring
kalau bukan di kubur tak diperkenankan sejenak pun berbaring
dipisahkan dari manusia-manusia pilihan
yang mengangkat diri-sendiri dan menobatkan
ipar, mertua, saudara, menantu dan sahabat
menjadi orang-orang terhormat dan keramat
yang ludah serta keringatnya
memberi berkat.

Di atas bumi yang kaya
manusia mendambakan hidup sejahtera.
Di atas bumi yang diberkahi Tuhan
manusia memimpikan keadilan.
  
1962

Sumber: Jeram (1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Panorama Tanah Air" karya Ajip Rosidi menggambarkan pemandangan kompleks dan beragam tentang kehidupan di Tanah Air. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang hidup, penyair menghadirkan refleksi mendalam tentang manusia, keadilan, dan harapan.

Pembagian Manusia: Puisi ini dimulai dengan membagi manusia menjadi dua kelompok yang kontras: yang diperah dan yang menyediakan tenaga. Pembagian ini mencerminkan disparitas sosial dan ekonomi yang ada dalam masyarakat. Ada kelompok yang terpinggirkan dan harus bekerja keras untuk bertahan hidup, sementara ada kelompok lain yang menikmati kemewahan dan kekuasaan.

Ketidakadilan Sosial: Penyair menyoroti ketidakadilan sosial yang merajalela di tengah masyarakat. Ada kelompok yang harus mengorbankan segalanya, bahkan nyawa mereka, untuk bertahan hidup dan diperlakukan seperti binatang, sementara ada kelompok lain yang hidup dalam kemewahan dan keangkuhan.

Keinginan Hidup Sejahtera dan Keadilan: Meskipun dihadapkan pada realitas yang keras, manusia tetap berharap untuk hidup dalam keadilan dan sejahtera. Mereka berharap untuk memperbaiki kondisi sosial yang tidak adil dan menciptakan masyarakat yang lebih baik.

Kritik Terhadap Kekuasaan dan Kedudukan Sosial: Penyair secara tersirat mengkritik struktur kekuasaan dan ketidakadilan sosial yang ada dalam masyarakat. Dia menunjukkan bagaimana kedudukan sosial yang tinggi seringkali diperoleh dengan cara-cara yang tidak adil, sementara kebanyakan orang harus bekerja keras hanya untuk bertahan hidup.

Pandangan Tentang Tanah Air: Puisi ini juga mengandung pandangan yang mendalam tentang Tanah Air, tempat di mana kehidupan manusia berkembang. Meskipun ada ketidakadilan dan penderitaan, masih ada harapan untuk keadilan dan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Puisi "Panorama Tanah Air" karya Ajip Rosidi merupakan karya sastra yang memotret realitas sosial dan manusiawi yang kompleks di Tanah Air. Dengan bahasa yang kaya dan gambaran yang kuat, penyair mengajak pembaca untuk merenung tentang ketidakadilan sosial, harapan untuk kehidupan yang lebih baik, dan pandangan tentang Tanah Air. Puisi ini menegaskan pentingnya perjuangan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera bagi semua warganya.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Panorama Tanah Air
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.