Puisi: Elegi buat Sebuah Perang Saudara (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Elegi buat Sebuah Perang Saudara" karya Taufiq Ismail mengingatkan kita akan biaya manusiawi yang tinggi dari kekerasan dan konflik ...
Elegi buat Sebuah Perang Saudara

Dengan mata dingin dia turun ke medan
Di bahunya tegar tersilang hitam senapan
Dengan rasa ingin ditempuhnya perbukitan
Mengayun lengan kasar berbulu dendam

Angin pun bagai kampak sepanjang hutan
Bukit-bukit dipacu atas kuda kelabu
Dada dan lembah menyenak penuh deram
Di ujung gunung lawannya sudah menunggu

Terurai kendali kuda, merentak ringkiknya
Di kaki langit teja mengantar malam tembaga
Luluhlah senja dalam denyar. Api mesiu
Di ujung gunung lawan rebah telungkup bahu

Angin tak lagi menderu tapi desah tertahan
Dengan kaki sombong dibalikkannya lelaki itu
Ketika senja berayun malam di dahan-dahan

Angin pun menggigiti kulit bagai gergaji
Telentang kaku di bumi. Telah dibunuh adik sendiri.

1960

Sumber: Tirani dan Benteng (1993)

Analisis Puisi:
Puisi "Elegi buat Sebuah Perang Saudara" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya yang menggambarkan tragedi dan kekejaman perang saudara. Dengan bahasa yang kuat dan gambaran yang kuat, Taufiq Ismail membawa pembaca ke dalam medan perang, di mana kekerasan dan penderitaan menjadi pemandangan sehari-hari.

Tema Perang Saudara: Puisi ini menggambarkan perang saudara dengan semua kekerasan, keputusasaan, dan tragisnya. Taufiq Ismail menyajikan medan perang sebagai tempat di mana kehidupan dan kematian bertemu dalam pertempuran yang penuh dengan pengorbanan dan penderitaan.

Gambaran Medan Perang: Dengan penggunaan gambaran yang kuat dan detail, Taufiq Ismail menggambarkan medan perang sebagai tempat yang penuh dengan ketegangan dan kekerasan. Dia menggambarkan senjata, perbukitan, dan angin sebagai bagian dari lanskap yang menakutkan dan mematikan.

Kegelapan dan Kematian: Puisi ini dipenuhi dengan gambaran kegelapan dan kematian. Malam, senja, dan api mesiu menjadi simbol-simbol dari kehancuran dan akhir yang tak terhindarkan dalam perang saudara. Penderitaan dan kehilangan menjadi tema sentral yang terus berulang dalam setiap baris puisi.

Kesedihan dan Penyesalan: Melalui kata-kata yang menggugah, Taufiq Ismail mengekspresikan kesedihan dan penyesalan atas kekejaman perang saudara. Bahkan dalam kemenangan, ada kehampaan dan kehilangan yang mendalam, terutama ketika seseorang menyadari bahwa lawan yang terbunuh adalah saudara sendiri.

Pesan Anti-perang: Puisi ini menyampaikan pesan yang kuat tentang mengerikan dan sia-sia perang. Taufiq Ismail menunjukkan bahwa perang tidak pernah membawa kebahagiaan atau kedamaian, tetapi hanya menghasilkan kehancuran dan penderitaan bagi semua pihak yang terlibat.

Puisi "Elegi buat Sebuah Perang Saudara" karya Taufiq Ismail adalah sebuah penggambaran yang mendalam tentang kengerian dan kekejaman perang saudara. Dengan bahasa yang kuat dan gambaran yang kuat, puisi ini mengingatkan kita akan biaya manusiawi yang tinggi dari kekerasan dan konflik bersenjata serta mendesak kita untuk mencari jalan damai dalam menyelesaikan perselisihan.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Elegi buat Sebuah Perang Saudara
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.