Puisi: Pastoral (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi "Pastoral" karya Acep Zamzam Noor mengajak pembaca untuk merenungkan kehidupan, kematian, dan makna di balik pengalaman manusia dalam ....
Pastoral


Kabut yang mengepungmu
Telah runtuh menjadi kata-kata
Rumah kayu hanya menyisakan dinginnya
Dan sunyi mengendap di sana

Maut bukanlah kabut yang mengendap-endap
Tapi salju
Yang berloncatan bagai waktu
Dan menyumbat pernapasanmu

Beranjaklah dan jangan menengok
Ingin kusaksikan tubuhmu telanjang
Tanpa mantel keyakinan
Menjauh dan semakin menjauh

Kubah mesjid dan runcing menara katedral
Tenggelam di balik perbukitan
Senja mengental dalam gelas kopiku
Dan kureguk sebagai puisi yang pahit

Beranjaklah dan jangan menangis
Obor malam akan mengantarmu pergi
Melintasi jalan kesabaran
Menerobos hutan

Maut bukanlah kata-kata
Tapi doa
Yang memancar bagai cahaya sorga
Dan membakarku tiba-tiba.


1991

Sumber: Di Atas Umbria (1999)

Analisis Puisi:
Puisi "Pastoral" karya Acep Zamzam Noor adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran alam dan perenungan yang dalam tentang kehidupan, kematian, dan eksistensi manusia.

Kabut dan Kesunyian: Puisi ini membuka dengan gambaran kabut yang mengepung, menciptakan suasana yang misterius dan suram. Kabut ini kemudian menjadi kata-kata, menunjukkan peran kata-kata dalam mengungkapkan perasaan dan pengalaman manusia. Rumah kayu yang disebutkan hanya menyisakan dinginnya, menggambarkan kesendirian dan kesunyian.

Maut sebagai Pembanding: Penyair membandingkan kabut dengan maut, menggambarkannya sebagai salju yang berbahaya dan menyumbat pernapasan. Dalam perbandingan ini, maut dianggap sebagai ancaman yang lebih nyata daripada kabut. Ini mencerminkan pemikiran manusia tentang kematian yang sering kali dianggap sebagai hal yang menakutkan.

Pergeseran Pemandangan: Puisi ini menggambarkan pergeseran pemandangan dari kubah mesjid dan runcing menara katedral yang tenggelam ke dalam perbukitan. Ini mungkin menggambarkan perubahan dalam pandangan manusia terhadap agama dan spiritualitas dalam kehidupan modern yang semakin sekuler.

Sensasi Senja dan Pahitnya Realitas: Penyair menciptakan gambaran senja yang mengental dalam gelas kopinya, menghadirkan sensasi pahit dan kehampaan. Ini dapat diartikan sebagai pengalaman pribadi penyair yang penuh kekecewaan terhadap kehidupan atau sebagai metafora untuk pengalaman manusia yang pahit dan sulit.

Maut sebagai Doa: Di bait terakhir, maut dijelaskan sebagai doa yang memancar cahaya sorga dan membakar penyair tiba-tiba. Ini adalah penggambaran maut yang lebih positif dan spiritual, mungkin menggambarkan keyakinan bahwa kematian adalah awal dari sesuatu yang lebih besar.

Puisi "Pastoral" oleh Acep Zamzam Noor adalah karya yang menggabungkan gambaran alam dan refleksi mendalam tentang eksistensi manusia. Ia mengajak pembaca untuk merenungkan kehidupan, kematian, dan makna di balik pengalaman manusia dalam dunia yang penuh misteri dan kompleksitas.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Pastoral
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.
© Sepenuhnya. All rights reserved.