Puisi: Daun (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Daun" karya Goenawan Mohamad menggabungkan elemen-elemen misterius, romantis, dan filosofis, penyair memberikan ruang bagi pembaca untuk ...
Daun


Dengan konyol aku ceritakan
bagian penutup Setangkai Daun Surga:
Syahdan, di malam ke-7 yang dingin
(itu kuingat dari buku Cor Bruijn),
setelah derak gurun,
setelah badai bertahun-tahun
tangkai terakhir itu dianugerahkan.
Dan daun itu jadi hijau,
dan daun jadi
engkau.

Tapi kau tak bertanya, bagaimana
akhir dongeng itu sebenarnya.

Kau hanya dengan sabar
mendengarkan
suaraku yang setengah hilang
di terik sebuah siang
yang setengah bahagia.


2012

Analisis Puisi:
Puisi sering kali menyajikan kisah yang mendalam dan puitis, dan "Daun" karya Goenawan Mohamad adalah salah satu contoh yang memukau. Dalam analisis ini, kita akan mengupas lapisan-lapisan makna yang terkandung dalam puisi ini, mengeksplorasi keindahan bahasa dan misteri yang dihadirkan oleh sang penyair.

Pilihan Kata dan Bahasa Puitis: Puisi ini dimulai dengan kalimat yang menarik perhatian pembaca, "Dengan konyol aku ceritakan bagian penutup Setangkai Daun Surga." Penggunaan kata "konyol" menarik perhatian karena memberikan sentuhan humor atau keanehan yang kemungkinan menjadi kunci interpretasi lebih lanjut.

Citra Malam yang Dingin dan Derak Gurun: Deskripsi malam ke-7 yang dingin dan derak gurun memberikan atmosfer misterius dan dramatis. Pilihan kata seperti "dingin," "derak," dan "gurun" mungkin menciptakan kontras yang memperdalam perasaan dalam puisi.

Tangkai Terakhir dan Daun yang Dianugerahkan: Sang penyair merincikan momen penting dengan pemberian "tangkai terakhir" pada malam ke-7. Pemberian ini menciptakan keajaiban, di mana daun yang semula mungkin mati kini kembali hidup dan hijau. Metafora tangkai dan daun menjadi simbol perubahan, kehidupan yang baru atau kesuburan.

Engkau yang Menjadi Daun: Puisi mencapai puncaknya ketika daun itu menjadi "engkau." Penyair menghadirkan nuansa romantis atau bahkan spiritual dengan menghubungkan daun dan identitas sang pembaca. Ini membawa makna bahwa setiap individu adalah bagian dari kehidupan dan keindahan yang dianugerahkan.

Pertanyaan Terbuka tentang Akhir Dongeng: Puisi memasukkan sentuhan realisme dengan pengakuan bahwa pembaca tidak bertanya tentang akhir dongeng itu sebenarnya. Pertanyaan ini menciptakan rasa ingin tahu dan mungkin memotivasi pembaca untuk merenung tentang makna tersembunyi di balik kisah yang diceritakan.

Sabar Mendengarkan Suara yang Setengah Hilang: Puisi ditutup dengan adegan pembaca yang hanya dengan sabar mendengarkan suara penyair yang "setengah hilang." Ini bisa menjadi analogi tentang keterbatasan bahasa untuk sepenuhnya menyampaikan pengalaman dan emosi, atau mungkin merujuk pada keadaan fisik penyair yang seolah-olah tak lengkap.

Puisi "Daun" karya Goenawan Mohamad adalah karya yang memikat dan memancing imajinasi pembaca. Dengan menggabungkan elemen-elemen misterius, romantis, dan filosofis, penyair memberikan ruang bagi pembaca untuk mengaitkan makna pribadi mereka dengan setiap kata yang dipilih dengan hati-hati. Keindahan puisi ini terletak pada kemampuannya untuk merangsang emosi dan pikiran, memberikan pengalaman membaca yang mendalam dan berkesan.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Daun
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.