Puisi: Setajam Layung Senja (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Setajam Layung Senja" menghadirkan gambaran senja yang terkesan melankolis dan penuh refleksi. Dengan gaya bahasa yang indah dan padat, ....
Setajam Layung Senja


Setajam layung senja: Lorong-lorong ini pun juga
Bergetar antara pucuk, antara gerak samar cemara
Dan segala pasti menunggu, jalanan malam Minggu
Dan segala pasti menunggu: jaga akhir hari yang lesu.

Sebab yang melangkah ke malam bukan hanya pengembara
Sebab yang terbungkuk di ranjang bukan hidup sia-sia
Kepada kaca pun kita sanggup berbisik
Sepanjang senja yang lenyap: detik demi detik.

1961

Analisis Puisi:
Puisi "Setajam Layung Senja" menghadirkan gambaran senja yang terkesan melankolis dan penuh refleksi. Dengan gaya bahasa yang indah dan padat, Goenawan Mohamad menciptakan suasana yang mengajak pembaca untuk merenung tentang kehidupan dan takdir.

Metafora Layung Senja: Puisi "Setajam layung senja" merupakan metafora yang mencolok dalam puisi ini. Layung, yang biasanya digunakan sebagai senjata tradisional, dihubungkan dengan senja. Ini menciptakan citra tentang tajamnya kehidupan dan pengalaman yang mungkin tidak selalu menyenangkan, sebagaimana senja yang juga bisa diartikan sebagai akhir suatu periode.

Gerak dan Getaran Alam: Penggunaan kata "bergetar" dan "gerak samar cemara" menciptakan citra kehidupan yang dinamis dan penuh dengan perubahan. Alam menjadi saksi dari segala kepastian dan ketidakpastian yang terjadi di dalamnya.

Antisipasi dan Tunggu: Puisi menciptakan nuansa antisipasi dan menunggu, terutama dalam konteks "jalanan malam Minggu" dan "jaga akhir hari yang lesu." Ada kegelisahan dan ketidakpastian terkait apa yang akan terjadi selanjutnya, sebagaimana dalam kehidupan nyata.

Pengembara dan Hidup Sia-Sia: Perbandingan antara "pengembara" dan "hidup sia-sia" mengeksplorasi tema eksistensialisme. Ada suatu pertanyaan tentang makna kehidupan, apakah setiap langkah dan perjuangan benar-benar memiliki tujuan atau akhir yang bermakna.

Interaksi dengan Kaca: Baris "Kepada kaca pun kita sanggup berbisik" mengeksplorasi tema introspeksi dan refleksi diri. Interaksi dengan kaca menjadi suatu simbol untuk memeriksa diri sendiri dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam hidup.

Senja yang Lenyap: Kata-kata "sepanjang senja yang lenyap: detik demi detik" menegaskan sifat fana dan terbatasnya waktu. Senja yang lenyap menjadi representasi dari perjalanan hidup yang singkat dan berlalu dengan cepat.

Gaya Bahasa dan Ritme: Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang indah dan ritme yang mengalir, menciptakan nuansa keseluruhan yang memukau. Kata-kata dipilih dengan cermat untuk menciptakan kepaduan dan kekuatan makna.

Puisi "Setajam Layung Senja" adalah puisi yang memikat dan membangkitkan rasa ingin tahu. Goenawan Mohamad dengan mahirnya menciptakan citra-citra yang mendalam, dan melalui kata-kata pilihannya, ia merangkai makna tentang eksistensi, perubahan, dan refleksi dalam kehidupan. Puisi ini menjadi undangan bagi pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup mereka sendiri dalam keberagaman pengalaman dan emosi.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Setajam Layung Senja
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.