Puisi: Tentang Usinara (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Tentang Usinara" mengajukan pertanyaan-pertanyaan moral dan eksistensial yang dalam tentang pengorbanan, keadilan, dan realitas kehidupan ...
Tentang Usinara

Usinara, yang menyerahkan jangat dan darahnya untuk
menyelamatkan seekor punai yang terancam kematian,
tahu dewa-dewa tak pernah siap. Mereka makin tua.
Langit menggantungkan dacin pada tiang lapuk
Neraka sejak cinta dibunuh. Timbangan terlambat. Telah tujuh
zaman asap & api penyiksaan mengaburkan mata siapa saja.

Di manakah batas belas, Baginda? "Mungkin tak ada,"
jawab Usinara. Ia hanya menahan perih di rusuknya
ketika tujuh burung nasar sibuk di kamar itu,(tujuh,
bukan satu), merenggutkan dagingnya, selapis demi
selapis.

Sering aku bayangkan raja yang baik hati itu tergeletak
di lantai, memandang ke luar pintu, melihat debu sore
dan daun-daun yang pelan-pelan berubah ungu. Ia ingin
punai itu segera lepas. "Ayo, terbang. Aku telah
menebus nyawamu," ia ingin berkata. Tapi suaranya
tak terdengar.

Sementara itu, di sudut, si punai menangis: "Tak ada
dewa yang datang dan mengubah adegan ini jadi
dongeng!". Usinara hanya menutup matanya. Ia tahu
kayangan adalah cerita yang belum jadi.

2012

Analisis Puisi:

Puisi "Tentang Usinara" karya Goenawan Mohamad menggambarkan sebuah narasi yang kompleks tentang pengorbanan, kekecewaan, dan realitas yang keras.

Pengorbanan dan Kekecewaan: Puisi ini memperkenalkan karakter Usinara, seorang yang berkorban dengan memberikan jangat dan darahnya untuk menyelamatkan seekor punai yang terancam kematian. Meskipun Usinara melakukan perbuatan mulia, dia menyadari bahwa dewa-dewa tidak selalu siap atau mampu menyelamatkan kehidupan. Hal ini menggambarkan perasaan kekecewaan dan ketidakpastian dalam menghadapi kehidupan.

Realitas yang Keras dan Pertanyaan Moral: Ketika Usinara bertanya kepada raja tentang batas belas dan kemungkinan adanya dewa yang bisa mengubah keadaan, jawabannya menunjukkan realitas yang keras. Ketidakpastian tentang batas belas dan kehadiran dewa menyoroti pertanyaan moral yang mendalam tentang keadilan dan pengorbanan.

Imajinasi dan Harapan: Puisi ini menciptakan gambaran imajinatif tentang raja yang baik hati tergeletak di lantai, memandang ke luar pintu dengan harapan bahwa punai yang diselamatkannya akan segera terbang bebas. Namun, realitas yang keras menunjukkan bahwa harapan-harapan ini tidak selalu terwujud.

Ketidakberdayaan dan Realitas yang Sulit Diterima: Sikap Usinara yang menutup matanya dalam menghadapi keluhan punai tentang ketiadaan dewa yang datang mengubah situasi menunjukkan rasa ketidakberdayaan dan kesulitan menerima realitas yang ada. Baginya, kayangan atau dunia ideal adalah sekadar cerita yang belum terwujud.

Penggunaan Bahasa dan Imaji: Goenawan Mohamad menggunakan bahasa yang kaya dan imaji yang kuat untuk menyampaikan pesan puisi ini. Metafora seperti langit yang menggantungkan dacin pada tiang lapuk dan burung nasar yang merenggut daging memberikan dimensi visual dan emosional yang mendalam pada puisi.

Puisi "Tentang Usinara" mengajukan pertanyaan-pertanyaan moral dan eksistensial yang dalam tentang pengorbanan, keadilan, dan realitas kehidupan manusia. Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan bahasa yang menggugah, Goenawan Mohamad mengundang pembaca untuk merenungkan makna mendalam di balik narasi yang diberikan.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Tentang Usinara
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.