Puisi: Kekayaanku Hanya Buku dan Bunga (Karya Sosiawan Leak)

Puisi "Kekayaanku Hanya Buku dan Bunga" karya Sosiawan Leak menggambarkan sebuah pandangan tentang kekayaan yang berbeda dari apa yang umumnya ....
Kekayaanku Hanya Buku dan Bunga


Kekayaanku hanya buku dan bunga
apakah kamu sudah membeli mobil? Tanyamu
Buku-buku menjerit dari timbangan
bersamaan dengan debu dan akar kembang
yang dicampakkan di jalanan
entah karena perang, pesta perkawinan
atau sisa pemakaman
kupungut segala tanpa peduli nama
status keluarga, cacat atau bermahkota
sambil kuingat ceritamu
tentang perselingkuhan udara dan limbah kimia
yang melahirkan hujan api di semua ruang, di dapurmu
mendidihkan segala yang kau sentuh
bahkan saat kau tidur sekalipun.

Kekayaanku hanya buku dan bunga
apakah engkau bahagia? Tanyamu
Seperti kata-katamu yang lengang
tanpa wajah, tak bernada, beralamat
aku dirajang-rajang huruf yang berloncatan
tanpa jeda tanpa tanda baca
yang lama ditawan daftar harga
di istana pasir bersama angin, kluwung
dan giris gerimis
yang tak pernah turun, di dapurmu
tapi, kekayaanku hanya buku dan bunga.

Kekayaanku hanya buku dan bunga
aku kangen, katamu
dan aku melamarmu dengan perpisahan
sambil terus mengumpulkan buku dan bunga
menjarakkan pertemuan kita
yang tak kunjung sampai!


Solo, 29 Maret 2006

Sumber: Dunia Bogambola (2007)

Analisis Puisi:
Puisi "Kekayaanku Hanya Buku dan Bunga" karya Sosiawan Leak menggambarkan sebuah pandangan tentang kekayaan yang berbeda dari apa yang umumnya dianggap oleh masyarakat. Puisi ini menggambarkan bagaimana kekayaan sejati bagi pelaku puisi adalah buku dan bunga, sementara konsep materialisme dan status sosial diabaikan.

Kekayaan Alternatif: Puisi ini memperkenalkan konsep kekayaan yang berbeda dari kekayaan materi yang umumnya dihargai dalam masyarakat. Pelaku puisi menunjukkan bahwa buku dan bunga adalah sumber kekayaannya. Ini mengisyaratkan bahwa pengalaman belajar, pengetahuan, dan keindahan alam memiliki nilai yang lebih tinggi daripada benda-benda material.

Perbandingan Konsep Kekayaan: Puisi ini membandingkan pandangan kekayaan pelaku dengan pertanyaan dari subjek, yang mencoba mengukur kekayaan dengan parameter material seperti memiliki mobil atau kebahagiaan. Perbandingan ini menyoroti perbedaan antara nilai-nilai yang ditekankan oleh masing-masing pihak.

Makna dalam Buku dan Bunga: Buku dalam puisi ini melambangkan pengetahuan, wawasan, dan kedalaman pemahaman. Bunga melambangkan keindahan alam dan hubungan manusia dengan lingkungan. Kedua elemen ini digambarkan sebagai kekayaan yang tak ternilai harganya, yang memberi pelaku puisi kedamaian dan kebahagiaan.

Penolakan Materialisme: Puisi ini menunjukkan penolakan terhadap pandangan materialistik tentang kekayaan, di mana memiliki mobil atau barang mewah dianggap sebagai bentuk prestise. Pelaku puisi memilih untuk menganggap buku dan bunga sebagai simbol kemewahan yang lebih bermakna dan mendalam.

Perpisahan dan Kekayaan Sejati: Puisi ini menyajikan gambaran tentang perpisahan dan penjauhan antara pelaku dan subjek. Pelaku puisi merasa "melamar" subjek dengan perpisahan, mengekspresikan bahwa kekayaannya berbeda dan mungkin sulit dimengerti oleh subjek. Meskipun jarak fisik, kekayaan sejati pelaku puisi tetap hadir dalam bentuk buku dan bunga.

Puisi "Kekayaanku Hanya Buku dan Bunga" mengajak pembaca untuk merenungkan makna sejati dari kekayaan dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang benar-benar berharga dalam kehidupan. Puisi ini mengeksplorasi konsep kekayaan yang lebih dalam dan bermakna, serta menunjukkan bahwa kebahagiaan dan kedamaian bisa ditemukan di dalam pengetahuan dan hubungan dengan alam.

Sosiawan Leak
Puisi: Kekayaanku Hanya Buku dan Bunga
Karya: Sosiawan Leak

Biodata Sosiawan Leak:
  • Sosiawan Leak (nama asli Sosiawan Budi Sulistyo) lahir pada tanggal 23 September 1967 di Kampung Somadilagan, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.