Puisi: Anjing (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Anjing" karya Joko Pinurbo menghadirkan sudut pandang yang menarik tentang manusia, hewan peliharaan, dan hubungan di antara keduanya.
Anjing


Rumahku dijaga dua anjing cerdas: anjing sungguhan
dan anjing-anjingan. Anjing sungguhan sungguh cerewet
dan sok polisi: sepi berkelebat sedikit saja ia sudah
panik lalu menyalak keras sekali. Anjing-anjingan
sungguh kalem lagi pemalu: maklum, tubuhnya terbuat
dari waktu, eh batu.
Entah mengapa malam lebih takut pada anjing-anjingan
ketimbang pada anjing sungguhan sehingga anjing
sungguhan jadi cemburu. “Aku yang sibuk menjaga
rumah ini, kau yang lebih ditakuti. Dasar anjing!” kata
anjing sungguhan kepada anjing-anjingan.
Aku sering terbangun dari tidurku mendengar dua ekor
anjing bertengkar hebat di depan pintu. Dari suaranya
aku bisa tahu bahwa anjing sungguhan makin lama
makin frustrasi. Aku baru sadar bahwa anjing-anjingan
bisa lebih anjing dari anjing sungguhan. Tapi kalau
tidak ada anjing sungguhan, anjing-anjingan pasti akan
sangat kesepian. Bisakah kalian berdamai, hai anjing-
anjingku?

Sumber: Telepon Genggam (2003)

Analisis Puisi:
Puisi "Anjing" karya Joko Pinurbo adalah karya yang menghadirkan sudut pandang yang unik dan penuh makna tentang hubungan antara manusia dan hewan peliharaan, khususnya anjing. Dalam puisi ini, penyair menghadirkan dua jenis anjing, yakni "anjing sungguhan" dan "anjing-anjingan," untuk merenungkan aspek-aspek yang berbeda dalam kehidupan dan hubungan.

Metafora dalam Puisi: Penyair menggunakan metafora anjing sebagai simbol untuk menggambarkan berbagai karakter manusia dan hubungan manusia. "Anjing sungguhan" mewakili sifat manusia yang cenderung cerewet, cemas, dan kadang-kadang bahkan sok kuat atau dominan. Pada saat yang sama, "anjing-anjingan" mewakili sifat manusia yang lebih tenang, sabar, dan pasif.

Kompleksitas Hubungan: Puisi ini menggambarkan kompleksitas hubungan antara manusia dan hewan peliharaan, dan bahkan antara individu-individu manusia sendiri. Ketika "anjing sungguhan" merasa cemburu terhadap "anjing-anjingan," ini mencerminkan sifat manusia yang seringkali merasa bersaing dan cemburu terhadap orang lain, meskipun mungkin tidak ada alasan yang jelas untuk melakukannya. Ini adalah cara penyair menunjukkan bahwa kecemburuan tidak hanya menjadi ciri manusia, tetapi juga ada dalam hewan dan dunia alam.

Kritik Terhadap Manusia: Puisi ini juga mengandung elemen kritik terhadap manusia. Ketika "anjing sungguhan" mengatakan, "Aku yang sibuk menjaga rumah ini, kau yang lebih ditakuti. Dasar anjing!" ia mencoba untuk meletakkan dirinya di atas "anjing-anjingan" dengan cara yang ironis. Hal ini bisa diartikan sebagai penyair yang mencela manusia yang sering kali merasa lebih tinggi atau lebih penting daripada yang sebenarnya.

Ironi dan Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini juga memanfaatkan elemen ironi dan humor. Ketika "anjing sungguhan" dan "anjing-anjingan" bertengkar, meskipun keduanya adalah anjing, hal ini menciptakan situasi yang menggelitik dan mengundang senyum pembaca. Ini adalah cara penyair menggunakan pengalaman sehari-hari yang sederhana untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam.

Puisi "Anjing" karya Joko Pinurbo adalah karya yang menghadirkan sudut pandang yang menarik tentang manusia, hewan peliharaan, dan hubungan di antara keduanya. Dengan menggunakan anjing sebagai simbol, penyair menciptakan narasi yang mengundang pembaca untuk merenungkan sifat manusia, kompleksitas hubungan, dan ironi dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini merupakan contoh bagus dari bagaimana puisi dapat menghadirkan pesan dan makna yang mendalam melalui bahasa yang sederhana dan cerita yang menarik.

"Puisi: Anjing (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Anjing
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.