Puisi: Benih (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Benih" karya Sapardi Djoko Damono membawa pembaca ke dalam alam mitologis Ramayana dengan memperkenalkan dialog antara Rama dan Sita, dua ...
Benih

"Cintaku padamu, Adinda," kata Rama, "adalah laut yang pernah bertahun memisahkan kita,
    adalah langit yang senantiasa memayungi kita, adalah kawanan kera yang di gua
    Kiskenda. Tetapi...," Sita yang hamil itu tetap diam sejak semula, "kau telah tinggal
    dalam sangkar raja angkara itu bertahun lamanya, kau telah tidur di ranjangnya,
    kau bukan lagi rahasia baginya."
Sita yang hamil itu tetap diam: pesona. "Tetapi, si Raksasa itu ayahandamu sendiri, benih yang
    menjadikanmu, apakah ia juga yang membenihimu, apakah ..." Sita yang hamil itu
    tetap diam, mencoba menafsirkan kehendak para dewa.

1981

Sumber: Hujan Bulan Juni (1994)

Analisis Puisi:
Puisi "Benih" karya Sapardi Djoko Damono membawa pembaca ke dalam alam mitologis Ramayana dengan memperkenalkan dialog antara Rama dan Sita, dua tokoh sentral dalam epik tersebut. Puisi ini membahas tema cinta, perpisahan, dan pertanyaan filosofis mengenai kebenaran dan hakikat kehidupan.

Metafora Laut, Langit, dan Kawanan Kera: Rama menggambarkan cintanya pada Sita sebagai laut yang pernah memisahkan mereka, langit yang senantiasa melindungi, dan kawanan kera di gua Kiskenda. Metafora ini menciptakan gambaran tentang perjalanan panjang cinta yang melibatkan berbagai rintangan dan pengalaman.

Sangkar Raja Angkara dan Ranjang Raksasa: Rama menyatakan bahwa Sita telah tinggal dalam "sangkar raja angkara" dan tidur di "ranjangnya." Ini dapat diartikan sebagai simbol dari kehidupan yang diatur oleh kekuatan jahat dan kegelapan, yang mungkin merujuk pada penculikan Sita oleh Raksasa dalam kisah Ramayana.

Pesona dan Diamnya Sita: Sita yang hamil tetap diam, menciptakan nuansa misteri dan ketegangan dalam puisi. Pesona yang disebutkan mungkin merujuk pada daya tarik dan keanggunan Sita, tetapi juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk memberikan jawaban atau pemahaman yang tuntas.

Pertanyaan tentang Benih dan Pencipta: Rama mengajukan pertanyaan filosofis mengenai benih yang menjadikan Sita. Apakah benih yang menciptakan Sita juga yang membenihinya? Pertanyaan ini menyiratkan pertimbangan tentang takdir, kehendak bebas, dan peran para dewa dalam membentuk nasib manusia.

Keheningan Sita dan Tafsiran Dewa: Sita yang hamil tetap diam, mencoba menafsirkan kehendak para dewa. Heningnya Sita dapat mencerminkan ketidakpastian atau mungkin kebijaksanaan untuk tidak menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang kompleks. Tafsiran dewa mungkin mencerminkan usaha manusia untuk memahami peran dan maksud di balik peristiwa kehidupan.

Kerumitan dan Kekuatan Bahasa: Sapardi Djoko Damono menggunakan bahasa yang kompleks dan kaya, menciptakan nuansa kerumitan dan mendalam. Gaya bahasanya memberikan dimensi tambahan pada narasi mitologis, memperkaya pengalaman pembaca dalam meresapi makna puisi.

Penyelesaian yang Terbuka: Puisi ini tidak memberikan jawaban pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Penutup puisi dengan Sita yang masih diam menciptakan kekosongan yang memungkinkan pembaca untuk merenung dan membuat interpretasi pribadi terhadap arti puisi.

Puisi "Benih" karya Sapardi Djoko Damono menciptakan ruang refleksi yang mendalam tentang cinta, perjalanan hidup, dan pertanyaan filosofis. Keindahan dan kompleksitas puisi ini menjadikannya karya sastra yang menantang dan memberikan pengalaman batin yang mendalam bagi pembaca.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Benih
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.