Puisi: Dua Sajak di Bawah Satu Nama (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Dua Sajak di Bawah Satu Nama" karya Sapardi Djoko Damonomengangkat tema mengenai kisah Abel dan Kain dari Alkitab serta mencerminkan ....
Sajak di Bawah Satu Nama (1)


Darah tercecer di ladang itu. Siapa pula
binatang korban kali ini, saudara?
Lalu senyap pula. Berapa jaman telah menderita
semenjak Ia pun mengusir kita dari Sana

awan-awan kecil mengenalnya kembali, serunya:
telah terbantai Abel, darahnya merintih kepada Bapa
(aku pada pihakmu, saudara, pandang ke muka
masih tajam bau darah itu. Kita ke dunia)


Sajak di Bawah Satu Nama (2)


Kalau Kau pun bernama Kesunyian, baiklah
tengah hari kita bertemu kembali; sehabis
kubunuh anak itu. Di tengah ladang aku tinggal sendiri
bertahan menghadapi Matahari

dan Kau pun di sini. Pandanglah dua belah tanganku
berlumur darah saudaraku sendiri
pohon-pohon masih tegak, mereka pasti mengerti
dendam manusia yang setia tetapi tersisih ke tepi

benar. Telah kubunuh Abel, kepada siapa
tertumpu sakit hati alam, dendam pertama kemanusiaan
awan-awan di langit 'kan tetap berarak, angin senantiasa
menggugurkan daunan; segala atas namamu: Kesunyian.


1968

Sumber: Horison (Februari, 1969)

Analisis Puisi:
Puisi "Dua Sajak di Bawah Satu Nama" karya Sapardi Djoko Damono adalah karya yang mengangkat tema mengenai kisah Abel dan Kain dari Alkitab serta mencerminkan konflik manusia dengan eksistensinya dan keterhubungannya dengan alam.

Makna dan Isi Puisi: Puisi ini terdiri dari dua sajak yang secara terpisah membahas tema yang sama, yaitu kisah pembunuhan Abel oleh Kain serta dampak dan refleksi atas perbuatan tersebut. Sajak pertama menggambarkan darah yang tercecer di ladang dan mengajukan pertanyaan tentang siapa korban dan berapa lama penderitaan telah berlangsung sejak manusia diusir dari Sorga. Awan-awan kecil mengenalnya kembali dan merujuk pada peristiwa dalam Alkitab. Pada akhir sajak ini, pengarang menyatakan bahwa mereka, manusia, telah menuju dunia dengan mengusir diri sendiri.

Sajak kedua melanjutkan tema ini dengan menghadirkan "Kesunyian" sebagai sebuah entitas yang hadir pada tengah hari, yang mungkin merujuk pada Tuhan atau eksistensi yang lebih tinggi. Pengarang mengungkapkan bahwa dia telah membunuh anak, mungkin merujuk pada Kain yang membunuh Abel. Dalam konteks ini, "tengah hari" mungkin menggambarkan penjelasan atas tindakan Kain dalam kisah Alkitab. Pengarang juga merasa sendirian di tengah ladang, mencerminkan isolasi dan perasaan bersalah.

Pada akhir sajak, pengarang menunjukkan bahwa pohon-pohon masih tegak dan memahami dendam manusia, menciptakan hubungan antara manusia dan alam. Awan-awan di langit dan angin yang terus bergerak mencerminkan ketidakterbatasan alam dan perjalanan waktu yang terus berlanjut. Nama "Kesunyian" pada akhirnya melambangkan eksistensi yang tak tergambarkan dan misterius yang terhubung dengan kejadian tersebut.

Makna Filosofis dan Interpretasi: Puisi ini membawa makna filosofis mengenai konflik manusia dengan eksistensinya, pertanyaan akan perbuatan baik dan buruk, serta perasaan bersalah dan isolasi yang dihasilkan dari tindakan yang telah dilakukan. Penggunaan kisah Abel dan Kain sebagai latar belakang menciptakan resonansi religius dan moral dalam puisi ini. Pada saat yang sama, puisi ini juga mencerminkan hubungan manusia dengan alam, di mana perbuatan manusia dapat memiliki dampak pada ekosistem yang lebih besar.

Puisi "Dua Sajak di Bawah Satu Nama" menggambarkan konflik, pertanyaan, dan refleksi manusia mengenai perbuatan dan eksistensinya. Melalui penggambaran kisah Abel dan Kain, puisi ini menciptakan lapisan makna religius dan filosofis yang mendalam, serta menggambarkan interaksi manusia dengan alam dan eksistensi yang lebih tinggi.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Dua Sajak di Bawah Satu Nama
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.