Puisi: Pohon Belimbing (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Pohon Belimbing" karya Sapardi Djoko Damono membahas tentang hubungan manusia dengan alam, melalui gambaran pohon belimbing yang ditanam di ...
Pohon Belimbing


            Sore ini kita berpapasan dengan pohon belimbing wuluh
yang kita tanam di halaman rumah kita beberapa tahun yang
lalu, ia sedang berjalan-jalan sendirian di trotoar. Jangan
kausapa, nanti ia bangun dari tidurnya.

            Kau pernah bilang ia tidak begitu nyaman sebenarnya
di pekarangan kita yang tak terurus dengan baik, juga karena
konon ia tidak disukai rumput di sekitarnya yang bosan
menerima buahnya berjatuhan dan membusuk karena kau
jarang memetiknya. Kau, kan, yang tak suka sayur asem?

            Aku paham, cinta kita telah kau sayur selama ini tanpa
belimbing wuluh; Demi kamu, tau! Yang tak bisa kupahami
adalah kenapa kau melarangku menyapa pohon itu ketika
ia berpapasan dengan kita di jalan. Yang tak akan mungkin
bisa kupahami adalah kenapa kau tega membiarkan pohon
belimbing wuluh itu berjalan dalam tidur?

            Kau, kan, yang pernah bilang bahwa pohon itu akan jadi
tua juga akhirnya?


Sumber: Kolam (2009)

Analisis Puisi:
Puisi "Pohon Belimbing" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang sederhana namun memiliki lapisan makna yang dalam. Puisi ini membahas tentang hubungan manusia dengan alam, melalui gambaran pohon belimbing yang ditanam di halaman rumah.

Makna dan Isi Puisi: Puisi ini menceritakan pengalaman penulis yang berpapasan dengan pohon belimbing wuluh yang pernah mereka tanam di halaman rumah beberapa tahun yang lalu. Pohon tersebut seakan-akan memiliki kehidupan sendiri, berjalan-jalan di trotoar seperti manusia. Namun, pengarang memperingatkan pembaca untuk tidak menyapanya agar ia tidak terbangun dari tidurnya. Penggunaan personifikasi pada pohon belimbing memberikan nuansa ajaib dan tidak biasa pada puisi ini.

Pengarang menggambarkan bagaimana hubungan manusia dengan alam dapat menjadi kompleks. Meskipun pohon belimbing itu ditanam di halaman rumah, ia tak merasa nyaman dan bahkan dianggap tidak disukai oleh pemiliknya. Pohon tersebut merasa terabaikan dan tidak terurus dengan baik. Hal ini mencerminkan bagaimana manusia sering kali kurang memperhatikan hubungannya dengan alam dan lingkungan sekitar, bahkan dengan makhluk hidup lainnya.

Sisi ironis kemudian muncul ketika pengarang menyebutkan bahwa pohon belimbing tersebut tidak suka sayur asem. Ini mengacu pada stereotipe yang kontradiktif, di mana manusia cenderung memberi sifat-sifat manusiawi pada alam. Pohon belimbing yang sebenarnya adalah entitas alam, tidak memiliki preferensi seperti manusia, digambarkan seolah memiliki preferensi pribadi.

Pada akhir puisi, pengarang merenungkan mengapa ia dilarang menyapa pohon tersebut saat mereka berpapasan di jalan. Ada rasa kebingungan mengapa pohon tersebut harus tidur dan apa alasan di baliknya. Pohon belimbing menjadi simbol yang mencerminkan betapa manusia sering kali tidak memahami atau mempertimbangkan perasaan alam dan lingkungan sekitar.

Makna Filosofis dan Interpretasi: Puisi ini memiliki makna filosofis yang mendalam. Melalui pohon belimbing yang diilustrasikan berjalan-jalan dan mempunyai perasaan, pengarang mengajak kita untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam. Pohon tersebut mencerminkan bagaimana manusia sering kali mengabaikan atau meremehkan alam, dan bagaimana stereotipe dan antropomorfisme dapat mempengaruhi pandangan kita terhadap lingkungan.

Pohon belimbing juga menjadi metafora untuk menggambarkan sisi yang terabaikan dan diabaikan dalam hidup. Mungkin ada pesan tersembunyi tentang pentingnya memberi perhatian, merawat, dan menghargai lingkungan serta makhluk hidup di dalamnya.

Puisi "Pohon Belimbing" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan hubungan manusia dengan alam dan lingkungan sekitar melalui personifikasi pohon belimbing. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana manusia sering kali tidak peka terhadap lingkungannya dan bagaimana pandangan kita terhadap alam dapat dipengaruhi oleh stereotipe. Pohon belimbing menjadi simbol yang menyampaikan pesan tentang pentingnya menghargai dan merawat alam serta menjaga hubungan yang seimbang dengan lingkungan sekitar.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Pohon Belimbing
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.