Puisi: Telinga (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Telinga" mengundang pembaca untuk merenungkan tentang sifat dan batasan persepsi manusia dalam mencari pemahaman yang lebih dalam tentang ...
Telinga

"Masuklah ke telingaku," bujuknya.
                                                  Gila:
    ia digoda masuk ke telinganya sendiri
    agar bisa mendengar apa pun
    secara terperinci - setiap kata, setiap huruf,
    bahkan letupan dan desis
    yang menciptakan suara.
                                          "Masuklah," bujuknya.
    Gila! Hanya agar bisa menafsirkan sebaik-
    baiknya apa pun yang dibisikkannya
    kepada diri sendiri.

Sumber: Horison (Juli, 1982)

Analisis Puisi:

Puisi "Telinga" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya yang singkat namun mengandung makna yang mendalam tentang persepsi, komunikasi internal, dan paradoks dalam kehidupan.

Persepsi dan Komunikasi Internal: Puisi ini membawa pembaca ke dalam pemahaman tentang persepsi dan komunikasi internal seseorang dengan dirinya sendiri. Penulis menggambarkan situasi di mana seseorang digoda atau merayu dirinya sendiri untuk "masuk ke telinganya sendiri". Ini menciptakan citra yang kuat tentang introspeksi dan refleksi dalam mencari pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri.

Paradoks dalam Kehidupan: Puisi ini menunjukkan paradoks dalam kehidupan manusia. Permintaan untuk "masuk ke telinga" sendiri, sementara seseorang sudah berada di dalam dirinya sendiri, menyoroti ketidakselarasan antara kebutuhan untuk memahami diri sendiri dan realitas bahwa seseorang selalu berada di dalam dirinya sendiri. Ini mengundang pembaca untuk memikirkan betapa kompleksnya hubungan manusia dengan diri mereka sendiri.

Keheningan dan Kesendirian: Puisi ini juga menyiratkan kesendirian dan keheningan yang mendalam. Permintaan tersebut disampaikan dalam suasana hening dan keintiman yang menciptakan ruang bagi pembaca untuk merenungkan tentang keberadaan mereka sendiri di dunia ini.

Penafsiran dan Keterbatasan Manusia: Puisi ini menggambarkan keinginan manusia untuk memahami dan menafsirkan segala sesuatu dengan sebaik mungkin, bahkan ketika hal tersebut terjadi dalam diri mereka sendiri. Namun, pada akhirnya, penafsiran dan pemahaman manusia terbatas, dan ada kegilaan yang terkandung dalam upaya untuk mencapai pemahaman yang sempurna.

Dengan demikian, puisi "Telinga" adalah sebuah puisi yang memprovokasi pemikiran tentang kompleksitas komunikasi internal, kebutuhan akan introspeksi, dan paradoks dalam hubungan manusia dengan diri mereka sendiri. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang sifat dan batasan persepsi manusia dalam mencari pemahaman yang lebih dalam tentang diri dan dunia di sekitar mereka.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Telinga
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.