Sumber: Di Atas Umbria (1999)
Analisis Puisi:
Puisi "Cemara Laut" karya Acep Zamzam Noor mengajak pembaca untuk meresapi keindahan alam, keheningan, dan kehidupan yang berdampingan dengan laut. Dengan pilihan kata-kata yang puitis, penyair menciptakan citra-citra yang kuat dan mendalam, memberikan lapisan emosi dan makna pada setiap barisnya.
Gambaran Alam: Puisi dimulai dengan gambaran langit yang semerah saga yang memantulkan keindahan senja. Pantulan langit ini membayang pada pasir pantai, menciptakan suasana romantis dan indah.
Cemara sebagai Pertapa: Rumpun-rumpun cemara digambarkan sebagai pertapa di pantai terlarang. Ini menciptakan gambaran akan keheningan dan kedamaian yang dihadirkan oleh alam, khususnya cemara, yang menjadi simbol ketenangan dan kebijaksanaan.
Ketidakkekalan dan Kekekalan Karang: Puisi menyoroti kontras antara kekekalan karang hitam dan ketidakkekalan. Meskipun karang tidak lekang, namun juga tidak kekal. Ini dapat diartikan sebagai representasi dari siklus kehidupan dan perubahan yang tak terhindarkan.
Cemara sebagai Penyimpan Warna Bulan: Cemara digambarkan menyimpan warna bulan di rumpun-rumpunnya yang rimbun. Ini menciptakan citra keindahan alam yang tak tergantikan, sementara juga memberikan makna simbolis tentang keindahan yang tersembunyi.
Keheningan dan Ombak Pasang: Keheningan di pantai terlarang tak lahir begitu saja dari ombak pasang. Penyair menyajikan gambaran bahwa keheningan memerlukan usaha dan tindakan, yang harus dituliskan pada pasir atau lokan kerontang, menunjukkan pentingnya menghargai keheningan dan ketenangan.
Perjalanan Perahu: Perahu-perahu yang bertiup dan meninggalkan perkampungan garam menggambarkan perjalanan hidup yang terus berlanjut. Ada kontras antara kesibukan perahu dan kedamaian para pertapa yang duduk di tebing-tebing pantai.
Akar-Akar sebagai Metafora Keheningan: Akar-akar cemara disajikan sebagai keheningan yang meluap, kadang surut seperti ombak atau waktu. Ini menciptakan metafora yang kuat tentang bagaimana keheningan dapat bergerak dan berubah seiring waktu.
Doa dan Air Mata dalam Akar-Akar: Akar-akar cemara dijelaskan sebagai air mata yang terus memanjang, merambat ke tubuh bumi. Akar-akar ini menjadi doa dan embun yang dilepaskan ke udara, menciptakan gambaran keindahan dan spiritualitas alam.
Puisi "Cemara Laut" merupakan karya Acep Zamzam Noor yang memukau dengan keindahan kata-kata dan gambaran yang kuat tentang alam dan kehidupan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kebijaksanaan dan keheningan yang terdapat dalam alam, serta bagaimana kehidupan manusia bersinggungan dan berdampingan dengan elemen-elemen alam tersebut. Dengan pilihan kata dan gambaran yang puitis, Acep Zamzam Noor berhasil menciptakan suatu karya yang mempesona dan memberikan kedalaman makna bagi pembaca.
Biodata Acep Zamzam Noor:
- Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
- Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.