Puisi: Sartre (Karya Agus R. Sarjono)

Puisi "Sartre" karya Agus R. Sarjono menggambarkan gambaran tentang keberadaan manusia dan pengaruh interaksi sosial terhadap kehidupan mereka, ....
Sartre


Neraka keberadaan tak lain
adalah orang lain, ucapmu
dalam sebuah pintu tertutup
pada sebuah drama canggung
dari sebuah zaman yang murung.

Di tanah airku, ada dan ketiadaan
karcis menjadi tema utama
setiap hari raya. Stasiun dan terminal
tersengal oleh antrian: panjang
dan rapat seperti kalimat filsafat.
Kerumunan yang berdebar
tak sabar ingin memudikkan jiwa
dan badan ke surga kebersamaan
kerabat dan keluarga
karena neraka tak lain
adalah tanpa orang lain.


Sumber: Lumbung Perjumpaan (2011)

Analisis Puisi:
Puisi "Sartre" karya Agus R. Sarjono menggambarkan gambaran tentang keberadaan manusia dan interaksi sosial dalam kerangka pemikiran filsafat Jean-Paul Sartre. Puisi ini menciptakan suatu penafsiran kreatif terhadap konsep "orang lain" yang menjadi inti pemikiran Sartre mengenai eksistensialisme dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.

Neraka Keberadaan dan Orang Lain: Puisi ini menggambarkan "neraka keberadaan" sebagai pengalaman manusia dalam interaksi dengan "orang lain." Konsep ini menggambarkan bagaimana keberadaan manusia menjadi rumit dan penuh tantangan ketika mereka harus berurusan dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Ungkapan ini mengandung konotasi tentang ketidaknyamanan, konflik, dan kompleksitas hubungan sosial.

Drama Kehidupan dan Zaman yang Murung: Puisi ini mengilustrasikan "drama canggung" dan suasana "zaman yang murung," menggambarkan suasana kerumunan dan antrian dalam kehidupan sehari-hari. Gambaran ini mengacu pada interaksi sosial yang sering kali penuh dengan ketegangan, kebingungan, dan kesulitan, yang mencerminkan aspek-aspek dari pemikiran eksistensialis Sartre mengenai eksistensi manusia.

Karcis dan Tema Utama: Puisi ini menghubungkan konsep "karcis" dengan tema utama puisi, yang mencerminkan bagaimana setiap aspek kehidupan sering kali diatur dan terkait dengan tindakan praktis dan peraturan sosial. Tema karcis dan stasiun sebagai tempat berkumpul menggambarkan bagaimana keberadaan manusia dipandu oleh norma-norma dan peraturan yang mengatur interaksi mereka dengan orang lain.

Memudikkan Jiwa dan Badan: Puisi ini menggunakan metafora "memudikkan jiwa dan badan" sebagai simbol dari kerinduan manusia untuk berada bersama kerabat dan keluarga dalam suasana surga kebersamaan. Ini mencerminkan dorongan manusia untuk merasa diterima dan memiliki hubungan yang bermakna dalam komunitas mereka.

Puisi "Sartre" karya Agus R. Sarjono menggambarkan gambaran tentang keberadaan manusia dan pengaruh interaksi sosial terhadap kehidupan mereka, mengacu pada pemikiran filsafat Jean-Paul Sartre tentang "orang lain" dan eksistensialisme. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kompleksitas hubungan manusia dan interaksi sosial dalam konteks zaman yang rumit dan serba cepat.

Agus R. Sarjono
Puisi: Sartre
Karya: Agus R. Sarjono

Biodata Agus R. Sarjono:
  • Agus R. Sarjono lahir pada tanggal 27 Juli 1962 di Ban­dung, Jawa Barat, Indonesia.
  • Agus R. Sarjono aktif menulis puisi, esai, cerpen, kritik, dan drama. Ia juga dikenal sebagai editor dan penerjemah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.