Puisi: Bukit Mantera (Karya Joshua Igho)

Puisi "Bukit Mantera" mengajak pembaca untuk merenung, mengalami, dan menjalani pengalaman spiritual di tengah alam semesta.
Bukit Mantera
(: Eko Tunas)


Singgahlah ke balik bukit itu
tempat aku bersemedi, menikam sepi
meramu mantera di atas sesaji
dan kepulan asap dupa
aku akan merayu malam
membaca mantera untuk bulan pucat
mari duduk bersila di atas batu
pejamkan hatimu
tengadahkan pikiranmu pada pekat
dengar dan rasakan bisik angin.

Malam yang merantai waktu
dan sukmamu beku.


Tegal, 2013

Analisis Puisi:
Puisi "Bukit Mantera" karya Joshua Igho adalah sebuah karya yang memadukan gambaran alam dan spiritualitas untuk menciptakan suasana meditasi dan koneksi dengan alam semesta. Dalam puisi ini, penyair mengajak pembaca untuk merenung dan menjalani pengalaman spiritual di tempat yang tenang dan terpencil.

Gambaran Alam dan Spiritualitas: Puisi ini dimulai dengan perintah untuk "singgahlah ke balik bukit itu," yang menunjukkan penyair mengajak pembaca untuk pergi ke suatu tempat yang tersembunyi dan khusus. Gambaran alam dalam puisi ini, seperti bukit, sesaji, asap dupa, dan malam, menggambarkan suasana yang penuh dengan elemen-elemen spiritual dan meditasi.

Mantera dan Spiritualitas: Penyair merujuk pada "meramu mantera di atas sesaji" dan "membaca mantera untuk bulan pucat," yang menciptakan suasana magis dan mistis. Mantera dalam puisi ini mungkin mengacu pada rangkaian kata-kata atau doa-doa yang digunakan untuk mencapai pengalaman spiritual atau transformasi diri. Aktivitas ini juga dapat dianggap sebagai bentuk komunikasi dengan alam semesta atau kekuatan yang lebih tinggi.

Koneksi dengan Alam: Puisi ini mendorong pembaca untuk merenung dan terhubung dengan alam semesta. Permintaan penyair untuk "tengadahkan pikiranmu pada pekat, dengar dan rasakan bisik angin" menggambarkan upaya untuk menciptakan hubungan yang lebih dalam dengan alam dan elemen alamiah di sekitar kita.

Sentuhan Spiritualitas: Puisi ini juga menggambarkan pengalaman spiritual yang mendalam. Dengan mengajak malam yang "merantai waktu" dan sukma yang "beku," puisi ini menggambarkan suasana yang melampaui batasan waktu dan pengalaman konvensional, menuju ke dalam dimensi spiritual yang lebih luas.

Puisi "Bukit Mantera" mengajak pembaca untuk merenung, mengalami, dan menjalani pengalaman spiritual di tengah alam semesta. Melalui gambaran alam, mantera, dan koneksi dengan alam, puisi ini menciptakan suasana meditasi dan koneksi dengan dimensi spiritual yang lebih dalam. Puisi ini mengundang pembaca untuk merasakan hubungan dengan alam dan memahami arti spiritualitas dalam kehidupan manusia.

"Puisi Joshua Igho"
Puisi: Bukit Mantera
Karya: Joshua Igho
© Sepenuhnya. All rights reserved.